Sebuah Mall Penting Punya Konsep
Bangunan komersial atau disebut Building Capital, merupakan bangunan yang diperuntukkan aktifitas usaha, tentunya dalam proses pembangunannya memerlukan analis BEP, Juga di anasila progres manfaat di tahun kemudian.
Kegagalan suatu pembangunan mall biasanya karena konsep awalnya tdak jelas. Tidak ada studi kelayakannya, dan kebanyakn developer membangun mall tidak jelas positioning, mau kemana? Apakah mau membidik segmen kelas menengah atas atau menengah ke bawah.
Dilihat dari sisi lain, ksisis global ini dapat ditafsirkan menjadi suatu "berkah" bagi Indonesia. Karena biasanya banyak dari kalangan high end senang shopping di Singapura, Malaysia, atau mungkin hongkong, dengan situasi seperti ini mereka akan menahan diri ke luar negeri, sehingga mau tak mau, mereka shopping di Indonesia, dan tentunya ini merupakan dampak positif bagi Indonesia.
Sekarang sedang digalakkan affective bond, dalam arti bagaimana caranya membuat customer itu merasa nyaman di mall. Sederhana, bagaimana orang yang dekat rumahnya berjarak 2,5 km ada mall, tetapi dia mau datang ke mall yang jaraknya 5km. Itu yang kita namakan affective bond dengan tingkat loyalitas tinggi.
Semakin banyak mall, tentunya akan menciptakan kompetisi. Tinggal bagaimana mereka menarik pengunjung dengan cara dan strateginya masing-masing, dan tidak semuanya harus mengambil pasar yang sama. Jadi masih dalam kerangka kompetisi yang sehat, dan belum terjadi over supply
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H