Lihat ke Halaman Asli

Ervan Yuhenda

Independen

Kita Tidak Boleh Tertipu oleh Janji Manis yang Hanya Menguntungkan Segelintir Orang

Diperbarui: 28 September 2024   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber : Koleksi Dok Pribadi)

Dalam era informasi yang serba cepat dan globalisasi yang makin meluas, janji-janji manis bertebaran di mana-mana. Janji-janji ini datang dari berbagai pihak, mulai dari politisi, pemimpin perusahaan, hingga figur publik yang memiliki pengaruh besar. Janji-janji tersebut bisa berupa tawaran perbaikan ekonomi, kesempatan kerja yang lebih luas, hingga jaminan kesejahteraan sosial yang lebih baik. Namun, sebagai warga negara yang cerdas dan bijaksana, kita harus tetap waspada dan kritis terhadap setiap janji yang diberikan. Mengapa demikian? Karena sejarah telah berulang kali membuktikan bahwa tidak semua janji manis itu membawa kebaikan bagi masyarakat luas. Sering kali, janji-janji tersebut hanya menguntungkan segelintir orang yang berada di balik layar kekuasaan.

Mengapa Janji Manis Menjadi Alat Manipulasi?

Janji manis sering kali digunakan sebagai alat manipulasi untuk meraih dukungan atau kepercayaan dari publik. Dalam konteks politik, misalnya, politisi sering kali menggunakan janji manis untuk memenangkan hati pemilih. Mereka menjanjikan perubahan, perbaikan, dan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Namun, setelah mereka berkuasa, tidak jarang janji-janji tersebut tidak direalisasikan. Mengapa ini bisa terjadi?

Banyak politisi yang memiliki agenda tersembunyi yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok mereka daripada kepentingan umum. Mereka menggunakan janji manis sebagai alat untuk meraih kekuasaan, dan setelah itu, mereka lebih fokus pada bagaimana mempertahankan dan memperluas kekuasaan tersebut.

Dalam banyak kasus, politisi tidak memiliki mekanisme akuntabilitas yang kuat. Mereka bisa berjanji apapun tanpa takut akan konsekuensi jika tidak menepati janji tersebut. Hal ini diperparah oleh kurangnya kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat untuk mengawasi dan menuntut pertanggungjawaban dari para pemimpin mereka.

Dalam sistem politik yang sering kali dipengaruhi oleh kekuatan uang, banyak keputusan dan janji yang dibuat lebih menguntungkan pemilik modal daripada rakyat jelata. Para pemilik modal ini sering kali menjadi penyokong kampanye politik, sehingga setelah berkuasa, politisi merasa berhutang budi dan lebih mengutamakan kepentingan mereka.

Dampak Janji Manis yang Tidak Terpenuhi

Janji manis yang tidak terpenuhi bisa membawa dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat. Ketika janji-janji tidak ditepati, masyarakat akan kehilangan kepercayaan pada pemimpin mereka. Ini bisa menyebabkan apatisme politik, di mana masyarakat menjadi enggan untuk berpartisipasi dalam proses politik karena merasa bahwa suara mereka tidak akan membawa perubahan apapun.

Janji manis yang hanya menguntungkan segelintir orang sering kali memperparah kesenjangan sosial. Mereka yang sudah berada di posisi kuat akan semakin kuat, sementara mereka yang lemah akan semakin tertinggal. Ini bisa menyebabkan ketidakstabilan sosial dan ekonomi dalam jangka panjang.

Sumber daya yang seharusnya bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sering kali dialokasikan untuk proyek-proyek yang tidak jelas manfaatnya, hanya untuk memenuhi janji politik yang tidak realistis. Ini menyebabkan pemborosan anggaran dan menghambat pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline