Lihat ke Halaman Asli

Ervan Yuhenda

Independen

Dampak Psikologis Perubahan Iklim, Mengatasi Kecemasan dalam Era Ketidakpastian

Diperbarui: 1 September 2024   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: Koleksi Dok Pribadi)

Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan yang terbesar yang sedang dihadapi oleh seluruh umat manusia di abad ke-21 ini. Tidak hanya berdampak pada lingkungan fisik, seperti peningkatan suhu global, pencairan es di kutub, dan perubahan pola cuaca ekstrem, tetapi juga memiliki konsekuensi yang mendalam terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis manusia. Seiring dengan semakin mengkhawatirkannya kondisi lingkungan, muncul pula fenomena yang dikenal sebagai "kecemasan iklim" atau "eco-anxiety," yang merujuk pada rasa takut dan kekhawatiran kronis terhadap bencana lingkungan yang tampaknya tak terhindarkan.

Kali ini, kita akan mengeksplorasi dampak psikologis perubahan iklim secara mendalam, memahami manifestasi dari kecemasan iklim, dan membahas strategi efektif untuk mengatasi kecemasan ini. Selain itu, kita juga akan melihat peran penting yang dimainkan oleh pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat dalam mengatasi krisis ini.

Perubahan Iklim dan Kesehatan Mental

Perubahan iklim tidak hanya menjadi ancaman bagi keberlanjutan lingkungan tetapi juga telah menimbulkan dampak yang signifikan pada kesehatan mental masyarakat di seluruh dunia. Menurut laporan dari American Psychological Association (APA), perubahan iklim dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan, depresi, trauma, dan stres pasca-trauma (PTSD). Dampak ini bisa dirasakan langsung oleh mereka yang mengalami bencana alam seperti badai, banjir, atau kebakaran hutan, tetapi juga mempengaruhi individu yang tidak langsung terlibat dalam kejadian tersebut melalui kekhawatiran tentang masa depan planet ini.

Istilah "kecemasan iklim" menggambarkan kondisi di mana individu merasa khawatir, takut, atau cemas secara berlebihan tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan mereka. Fenomena ini tidak terbatas pada satu kelompok usia atau demografi tertentu, namun, penelitian menunjukkan bahwa kaum muda cenderung lebih rentan terhadap kecemasan iklim. Mereka sering merasa terbebani oleh kenyataan bahwa mereka akan mewarisi planet yang semakin rusak dan tidak stabil.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal *Lancet Planetary Health* pada tahun 2021 menemukan bahwa 59% dari 10.000 responden yang berusia 16 hingga 25 tahun dari berbagai negara melaporkan bahwa mereka merasa "sangat khawatir" tentang perubahan iklim. Banyak dari mereka merasa bahwa pemerintah mereka tidak melakukan cukup banyak untuk mengatasi krisis ini, yang pada gilirannya memperburuk perasaan ketidakberdayaan dan kecemasan.

Kecemasan iklim dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara. Beberapa individu mungkin merasa terjebak dalam lingkaran kekhawatiran yang konstan tentang masa depan, menghabiskan waktu berjam-jam untuk memikirkan skenario bencana yang mungkin terjadi. Ini dapat menyebabkan gangguan tidur, penurunan kualitas hidup, dan masalah konsentrasi. Lainnya mungkin merasa cemas setiap kali mereka mendengar berita tentang bencana alam atau perubahan lingkungan, memicu respons stres akut.

Selain itu, kecemasan iklim juga dapat mempengaruhi keputusan hidup sehari-hari. Misalnya, beberapa orang mungkin memutuskan untuk tidak memiliki anak karena takut akan dunia yang akan diwarisi oleh generasi berikutnya. Orang lain mungkin merasa tidak bermotivasi untuk mengejar karier atau mimpi mereka, percaya bahwa masa depan terlalu tidak pasti untuk direncanakan.

Menelusuri Akar Penyebab Kecemasan Iklim

Untuk memahami cara mengatasi kecemasan iklim, penting untuk pertama-tama menelusuri akar penyebabnya. Kecemasan ini bukan sekadar reaksi berlebihan terhadap perubahan lingkungan, melainkan hasil dari kombinasi faktor psikologis, sosial, dan lingkungan yang kompleks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline