Lihat ke Halaman Asli

Tragedi Sarinah dan Implikasinya Terhadap Image Indonesia di Mata Dunia: Ketika Persatuan Mengalahkan Ketakutan

Diperbarui: 19 Januari 2016   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kamis 14 Januari lalu, tepatnya sekitar pukul 11 siang, Indonesia (bahkan dunia) dikejutkan dengan tragedi ledakan serta baku tembak yang terjadi di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Banyak yang awalnya mengira berita tentang ledakan dan baku tembak tersebut hanyalah hoax semata, namun ternyata kejadian tersebut memang benar adanya setelah begitu banyak portal berita teraktual menyajikan pemberitaan terkait kejadian tersebut. Peristiwa yang menelan 8 orang korban tewas dan puluhan mengalami luka-luka tersebut pun mencuri perhatian dunia. Bagaimana tidak, tepat dua hari sebelumnya juga terjadi ledakan di Istanbul, dan dua bulan sebelumnya terjadi ‘peristiwa berdarah’ serupa di Paris.

Meskipun aksi yang diyakini sebagai bentuk terorisme ini cukup memberikan guncangan, namun tampaknya masyarakat Indonesia tidak terpengaruh berlarut-larut terhadap aksi terorisme tersebut. Faktanya, tak lama sejak ledakan dan baku tembak di area perbelanjaan Sarinah terjadi, masyarakat Indonesia yang tersebar di 17,508 pulau ini seolah bersatu padu, termasuk secara virtual. Terbukti dengan munculnya berbagai tagar yang bahkan sempat menjadi trending topic worldwide seperti #KamiTidakTakutdan #JakartaBerani, yang menunjukkan kepada dunia bahwa persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia mampu menghadapi permasalahan apapun, termasuk rasa tidak takut masyarakat terhadap aksi terorisme. Banyak pihak yang berargumen bahwa rasa takut merupakan hal yang diinginkan dan merupakan tujuan dari para teroris, dan aksi terorisme yang terjadi di Sarinah kemarin justru memunculkan hal-hal lain yang menurut masyarakat lebih menarik untuk diperhatikan, sebagaimana pengamatan yang dikumpulkan oleh tim GNEWS berikut ini.

Masyarakat Indonesia yang sempat-sempatnya melakukan swafoto pada saat peristiwa berlangsung.

Yang menjadi buah bibir hingga ke mancanegara: pak Jamal penjual sate yang tetap berjualan di sekitar TKP.

Just like math equation, Jokowi berani + Ahok berani = Indonesia berani + Jakarta berani.

Berbagai gambar di atas yang juga dimuat bukan hanya oleh berbagai tersebut seolah memang memberikan bukti bahwa masyarakat Indonesia memang tidak takut terhadap aksi terorisme. Bahkan, hal ini secara tidak langsung memberikan pengaruh akan image Indonesia di mata dunia internasional. Sebagai contoh, The New York Times dalam sebuah artikel yang memberikan ulasan mengenai peristiwa di Sarinah sebagaimana dikutip oleh tim GNEWS, menulis “if the militants who attacked the center of this city with explosives and guns on Thursday hoped to inspire fear and attract followers, they seem to have failed. Instead, life in Jakarta, the Indonesian capital, returned to normal on Friday, with traffic jams, long lines for public transportation and hasty breakfasts at streetside food stalls.”

Jadi, Anda masih merasa bahwa cara dunia melihat Indonesia layaknya para penyihir ‘pureblood’ memandang penyihir ‘mudblood’ dalam dunia Harry Potter?

#KamiTidakTakut #JakartaBerani




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline