Bumi Borneo (Kalimantan) memang memiliki beragam kekayaan yang luar biasa. Bukan hanya kaya akan Sumber Daya Alamnya saja, tetapi Borneo juga memiliki keindahan alam dan beragam seni serta budaya yang benar-benar mampu memikat siapa saja untuk mengunjunginya. Salah satu keindahan alam Borneo yang tak bosan untuk dinikmati adalah di Loksado. Kawasan wisata andalan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan ini berada didaerah pegunungan Meratus. Wisata alam yang ada di Loksado bukan hanya air terjun Haratai dan air panas Tanuhi saja tetapi ada juga air terjun yang tak kalah mempesona, yakni air terjun Kilat Api.
[caption id="attachment_291231" align="aligncenter" width="448" caption="Air Terjun Kilat Api Loksado (dok. pribadi)"][/caption]
[caption id="attachment_291233" align="aligncenter" width="448" caption="Selamat Datang di Loksado (dok. pribadi)"]
[/caption]
Air terjun Kilat Api hanya berjarak lebih kurang 950 meter dari obyek wisata air panas Tanuhi. Namun meskipun tergolong dekat, dibutuhkan kejelian untuk mencapai tempat ini. Hal itu dikarenakan minimnya penujuk arah mengenai air terjun cantik ini. Karena kurangnya penunjuk arah pula kami kesulitan mencari dimana lokasi air terjun Kilat Api, hingga kami masuk ke perkampungan penduduk Dayak Meratus hingga beberapa kilometer dari air terjun. Setelah bertanya kepada salah satu penduduk, kami baru tahu kalau air terjun Kilat Api sudah sangat jauh kami lalui sehingga kami harus putar haluan.
[caption id="attachment_291232" align="aligncenter" width="448" caption="Papan nama yang sederhana (dok. pribadi)"]
[/caption] Sepanjang perjalanan kami menyusuri jalan secara perlahan sembari mencari petunjuk mengenai keberadaan air terjun Kilat Api. Sampai akhirnya kami menemukan sebuah papan nama ditepi jalan. Setelah bertanya kepada beberapa pemuda, akhirnya kami baru tahu bahwa untuk menuju ke air terjun Kilat Api, kami harus menyeberangi sungai Amandit yang jernih (karena jembatan gantungnya sudah putus dan tidak diperbaiki). Tanpa buang waktu lagi kami segera menyeberangi sungai Amandit, membelah semak dan menyusuri jalan setapak. Di jalan setapak inilah kami berpapasan dengan beberapa rombongan yang pulang dari air terjun dengan kondisi basah kuyup akibat mandi air. [caption id="attachment_291234" align="aligncenter" width="448" caption="Menyeberangi sungai Amandit ini (dok. pribadi)"]
[/caption]
Benar saja, tak lama kami berjalan kami segera menemukan tempat yang kami cari. Air terjun Kilat Api yang mengalirkan air yang bening dan membuat kami tak betah untuk tidak segera terjun kedalamnya. Air terjun Kilat Api mengalir pada batuan sungai yang berundak sehingga air terjun ini juga menjadi berundak. Sayangnya air terjun ini belum digarap secara maksimal oleh pemerintah daerah setempat sehingga ada beberapa batang pohon robohpun dibiarkan begitu saja hingga merusak keindahan air terjun ini. Fasilitas umum seperti ruangan untuk bilas dang anti baju, toilet, musholla ataupun penjual makanan dan minumanpun tidak ada disini.
[caption id="attachment_291235" align="aligncenter" width="448" caption="Bermain air di Kilat Api (dok. pribadi)"]
[/caption]
Tak banyak yang bisa kita lakukan disini selain bermain air dan menaiki batuan sungai hingga kepuncak air terjun. Jika anda tidak ingin berbasah ria, anda bisa menikmati keindahan air terjun dari bawah, sembari mengabadikannya dengan camera. Atau bisa juga dengan membuat foto selfi dengan latar belakang air terjun yang mempesona. Belum puas kami bermain air, awan hitam tiba-tiba datang. Kami harus cepat-cepat meninggalkan tempat indah ini karena takut sungai Amandit banjir sehingga kami tidak bisa pulang.
[caption id="attachment_291236" align="aligncenter" width="448" caption="Bagian puncak air terjun Kilat Api (dok. pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_291237" align="aligncenter" width="448" caption="Air terjun Kilat Api yang berundak (dok. pribadi)"]
[/caption]
Air terjun Kilat Api memang indah dan mempesona, sayangnya belum digarap serius oleh pemda setempat. Kedepan mudah-mudahan pemda setempat serius menggarapnya sehingga menjadi salah satu obyek wisata yang bisa menarik lebih banyak lagi wisatawan (baik lokal maupun asing). Berbagai fasilitas publik semisal ruang untuk bilas dan ganti pakaian, kedai makanan dan minuman, serta los penjualan cindera mata dan musholla harus ada. Begitupun dengan akses menuju kesana. Setidaknya ada jembatan baru menggantikan jembatan yang putus sehingga wisatawan tidak harus takut kalau terjadi banjir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H