Ada pepatah mengatakan "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya" artinya setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda. Satu aturan di suatu daerah bisa berbeda dengan aturan di daerah lain. Pun demikian dengan adat pernikahan. Masing-masing daerah pasti berbeda tradisinya. Namun apapun adat dan tradisinya, persiapan menjelang pernikahan harus dipersiapkan masak-masak agar momen sakral yang hanya berlangsung sekali seumur hidup itu bisa berjalan sempurna.
[caption id="attachment_262132" align="aligncenter" width="448" caption="Maskawin adalah syarat mutlak sebuah pernikahan (dok. pribadi)"][/caption]
Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, pesta pernikahan kami berlangsung di tempat mempelai wanita. Hal itu bukan berarti mempelai pria terima bersih sehingga tidak memerlukan persiapan sama sekali. Mental dan fisik mutlak harus dipersiapkan. Bagaimanapun, seorang pria adalah imam dan pemimpin dalam keluarga. Jadi dalam kondisi apapun, seorang suami (nantinya) harus berani mengambil keputusan, bersikap bijak, serta konseptual. Selain mental, fisik juga perlu dipersiapkan. Rangkaian acara adat Jawa yang panjang tentu memakan waktu yang tidak pendek, dan itu memerlukan fisik yang prima. Jaga kesehatan sebelum hari H berlangsung. Olahraga ringan, istirahat cukup, pola makan yang benar ditambah vitamin, serta cukup minum air putih bisa diterapkan.
[caption id="attachment_262138" align="aligncenter" width="448" caption="Maskawin juga perlu dipersiapkan (dok. pribadi)"]
[/caption]
Selain fisik dan mental, mempelai pria juga harus mempersiapkan maskawin atau mahar. Karena maskawin atau mahar merupakan syarat syahnya sebuah pernikahan. Berhubung calon istri saya (waktu itu) menyerahkan apa maskawinnya pada saya, maka saya memutuskan logam mulia dan uang sebagai maharnya. Logam mulia saya pilih sebagai maskawin karena menurut para ustadz, sebaik-baiknya maskawin adalah berupa emas (meskipun cuma 1 gr). Sedangkan uang hanya sebagai pengingat angka bulan tahun pernikahan saja.
[caption id="attachment_262165" align="aligncenter" width="448" caption="Prosesi penandatanganan buku nikah (dok. pribadi)"]
[/caption]
Maskawin atau mahar sudah, berikutnya mempelai pria juga harus mempersiapkan barang-barang untuk srah-srahan. Mungkin masing-masing daerah tidak sama dalam hal ini. Tapi waktu saya menikah, srah-srahan dibawa oleh rombongan besan(orang tua dan keluarga saya) setelah akad nikah berlangsung. Srah-srahan merupakan pemberian dari mempelai pria kepada mempelai wanita, yang berwujud barang-barang dan perlengkapan wanita dari ujung rambut sampai ujung kaki (mulai dari perlengkapan sholat, pakaian, alat-alat perawatan tubuh/make up, sepatu, tas, pakaian tidur, pakaian dalam, korset, stagen, jarik, perhiasan, dll). Barang-barang ini bisa kita persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya, agar bisa memilih yang terbaik dan sesuai dengan selera.
[caption id="attachment_262166" align="aligncenter" width="448" caption="Srah-srahan disusun sedemikian rupa (dok. pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_262167" align="aligncenter" width="448" caption="Srah-srahan merupakan pemberian mempelai pria kepada mempelai wanita (dok. pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_262168" align="aligncenter" width="448" caption="Srah-srahan berupa perlengkapan wanita dari ujung rambut sampe ujung kaki (dok. pribadi)"]
[/caption]
Karena jumlahnya yang banyak dan beragam, pemilihan barang untuk srah-srahan ini memakan waktu yang lama. Itulah mengapa perlu dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Belum lagi waktu untuk merangkainya agar kelihatan lebih cantik saat dibawa nantinya. Untuk merangkai srah-srahan tadi, saya lebih memilih keluarga sendiri dari pada memakai jasa pembuat parcel dan srah-srahan. Meskipun hasilnya sederhana, tetapi tidak merusak barang itu sendiri, sehingga tetap bisa dipakai nantinya.
[caption id="attachment_262194" align="aligncenter" width="448" caption="Buah dan makanan juga harus dipersiapkan lho (dok. pribadi)"]
[/caption]
Selain maskawin dan srah-srahan, masih ada lagi yang perlu dipersiapkan yakni "Jodhang". Jodhang merupakan peralatan atau wadah untuk mengantarkan benda-benda berharga atau makanan kering. Jodhang ini dulunya terbuat dari kayu yang dipikul. Tapi seiring berkembangnya jaman, barang-barang seperti bahan makanan mentah (dari beras ketan maupun beras jawa, kelapa, sampai sayuran) maupun makanan (kue-kue seperti wajik, jadah, emping, kacang, dll) tersebut tidak ditempatkan dalam jodhang lagi melainkan diwadah-wadah plastik sehingga lebih praktis dan tidak memakan tempat. Wadah-wadah seperti apa, dan makanan apa yang akan dibawa nantinya bisa dirembug bareng keluarga dan dipersiapkan sebelumnya.