Lihat ke Halaman Asli

Agoeng Widodo

TERVERIFIKASI

Ada Perasaan Bangga Saat Pertama Bisa Menulis

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13424225481140756947

Menuntut ilmu memang wajib hukumnya, karena dengan ilmu yang dimiliki, manusia bisa menciptakan teknologi hingga berkembang pesat seperti dewasa ini. Tak salah saat usia saya genap 5 tahun, kedua orang tuaku sepakat memasukkan aku ke bangku Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) untuk menimba ilmu. "TK Tunas Rimba III" begitulah nama satu-satunya TK yang ada di desa saya saat itu. Sekolah Taman Kanak-kanak  dibawah naungan Perum Perhutani KPH Geyer ini berjarak lebih kurang 1 Km dari rumah. Di sinilah saya merasakan hari pertama sekolah itu seperti apa.

[caption id="attachment_188066" align="aligncenter" width="448" caption="Dulu belum ada seragam seperti ini (dok. pribadi)"][/caption]

Hari pertama masuk sekolah bagi saya berarti sama dengan saat pendaftaran masuk sekolah. Pagi itu dengan berbekal satu buah buku tulis dan pensil baru, saya didaftarkan masuk TK oleh ibu. Setelah urusan administrasi selesai, ibu langsung pulang meninggalkan saya di sekolah. Hanya pesan ibu saat itu saya tidak boleh nakal dan harus rajin belajar. Di sanalah semua pembelajaran dimulai.

Dengan sabar Bu Nur dan Bu Sri (Guru saya saat itu) membimbing kami agar saling mengenal satu sama lain. Beliau berdua ini pulalah yang mengajarkan kami berhitung, mengenal huruf, membaca, bernyanyi, dan sopan santun. Saat itu, kami tidak memakai seragam seperti anak-anak TK sekarang. Sesuai jaman, pakaian kami sangat sederhana dan apa adanya. Tapi itu bukan halangan bagi kami untuk giat menuntut ilmu.

Permainan yang ada di sekolahpun juga sangat sederhana. Hanya huruf-huruf dari kayu, aneka buah-buahan dari kayu, dan berbagai bentuk bangun (ada kubus, balok, segitiga) yang terbuat dari bahan yang sama. Meskipun sederhana, namun sarat ilmu pengetahuan. Halaman sekolah yang luas dimanfaatkan untuk taman bermain. Ada prosotan, ayunan, jungkat jungkit, dan rumah ala burung dara.

Hari pertama masuk sekolah TK, kami diajari untuk menulis. Saat itu Bu Nur mengajari kami menulis huruf "O". Sayapun sangat antusias menulis, karena itumerupakan  pengalaman pertama kali saya menulis. Huruf O yang seharusnya bulat, menjadi tidak beraturan di buku kami. Saya sendiri saat itu bisa membuat 5 baris huruf O meskipun tidak sempurna. Namun ada kebanggan sendiri saat itu, karena dalam hati saya merasa "saya sudah bisa menulis".

Begitu bel tanda pulang berbunyi, kami semua berdo'a dengan dipimpin ketua kelas (yang sudah ditunjuk Bu Guru). Sebelum meninggalkan kelas, secara bergantian kami bersalaman dengan ibu guru. Dan begitu keluar kelas, saya segera berlari sekencang-kencangnya menuju rumah. Sampai di halaman rumah saya berteriak-teriak dengan bangga.

"Ibu...Ibu... aku sudah bisa menulis"

Ibu hanya tersenyum begitu melihat halaman depan buku saya yang berisi barisan huruf O yang masih acak-acakan. Sejak hari itu, setiap pagi saya selalu berangkat dan pulang sekolah sendiri. Tidak perlu diantar ibu lagi. Karena saat itu tidak ada satupun tetangga yang sekolah TK seperti saya. Dalam satu minggu, ada 1 hari yang paling saya sukai, yakni hari Sabtu. Karena pada hari itu, ibu guru akan membagikan bubur kacang hijau, atau kue-kue lain untuk kami.

Sekolah Taman Kanak-kanak memang selalu indah untuk dikenang. Keceriaan, bermain, dan belajar seolah tidak memiliki batas diantaranya. Namun di sanalah kami memulai segalanya. Memulai berinteraksi, bersosialisasi, mengenal ilmu pengetahuan, dan tata krama kesopanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline