Lihat ke Halaman Asli

Genoveva Tersiandini

penggemar wisata dan kuliner

Perjalanan ke Korea Selatan (3): Namsan Tower, Kampung Hanok Buckchon dan Insa-dong

Diperbarui: 22 Juni 2021   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga hari sudah saya berada di Korea Selatan. Hari ketika ini teman saya dan saya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Seoul saja dan membuat janji untuk menemui mantan murid-murid kami yang memang sudah kembali ke Korea untuk meneruskan universitas di sana.

Pagi hari setelah sarapan, kami memutuskan untuk mengunjungi Namsan Tower. Awalnya kami ingin berjalan ke sana dari tempat penginapan kami. Namun, saat kami melihat jalan yang harus kami lalui, kami langsung mengurungkan niat kami dan memutuskan untuk naik bus saja ke sana. Setelah menunggu beberapa saat, bus yang akan membawa kami ke Namsan Tower pun tiba. 

Ternyata untuk sampai ke Namsan Tower dengan bus tidak sedekat yang kami duga karena kami harus mengambil jalan memutar, padahal Namsan Tower tersebut kelihatan sangat dekat dari tempat kami menginap. Tapi perjalanan tersebut kami nikmati saja karena kami bisa melihat-lihat sisi lain dari Seoul selain gedung-gedung tinggi dan daerah perbelanjaan.

Akhirnya kami tiba di tempat pemberhentian bus di dekat Namsan Tower. Kami masih harus berjalan menuju Namsan Tower dan jalannya menanjak pula ... :) Setelah kami memasuki area Namsan Tower, kami jelajahi setiap sudut Tower tersebut. Pemandangan yang disuguhkan juga indah. Tidak lupa kami juga mendatangi Gembok Cinta. Tentu saja kami tidak lupa untuk mengabadikannya. 

img-0200-jpg-6069df93d541df6eb05e6b62.jpg

img-0189-jpg-6069df428ede483616066f72.jpg

img-0197-jpg-6069ddf3d541df295e791502.jpg

img-0199-jpg-6069db6fd541df355c1e9f72.jpg

Cukup lama kami menghabiskan waktu di sana. Menjelang siang hari kami lalu pergi menuju Insa-dong karena kami sudah berjanji untuk bertemu dengan mantan murid kami. Kami berjanji untuk bertemu di dekat stasiun MRT di Insa-dong. Setelah sekitar 15 menit menunggu, akhirnya kami bertemu dengan mantan murid-murid kami tersebut. 

Kami lalu berjalan menuju Insa-dong market dan ternyata murid saya tersebut membawa kami ke tempat penyewaan Hanbok. Kami dipaksa untuk mengenakan Hanbok. Awalnya saya enggan untuk mengenakan Hanbok, tetapi karena kedua mantan murid saya tersebut berulang kali meminta saya untuk mencobanya, akhirnya hati saya luluh juga. Berdua dengan anak kolega saya, akhirnya kami memilih hanbok yang akan kami kenakan. Kami lalu harus masuk ke kamar ganti. Rupanya memakai hanbok cukup rumit juga. Setelah hanbok dikenakan, kami pun harus memakai make-up sekedarnya serta memilih asesoris yang cocok dengan hanbok yang kami pilih. Saya pun memaksa mantan murid saya untuk juga mengenakan hanbok. Untungnya salah satu murid saya yang laki-laki bersedia untuk mengenakan hanbok, namun yang perempuan dia tidak mau ... mungkin dia malu :)

Awalnya saya pikir kami hanya akan memakai hanbok di sekitar situ saja, ternyata kami harus berjalan ke Kampung Hanok Buckchon yang letaknya tidak jauh dari Insa-dong. Sebenarnya jaraknya tidak jauh, tapi saat itu rasanya jauh sekali karena harus berjalan ke sana dengan mengenakan Hanbok. Selain itu rasanya panas sekali, keringat mengucur deras di badan.  Setibanya di Kampung Buckchon, kami langsung foto-foto mengabadikan momen tersebut. Di kampung tersebut terdapat jejeran rumah-rumah tradisional Korea yang sering kita lihat di film-film Korea yang bercerita tentang zaman kerajaan dulu. Menarik sekali. Tidak banyak tapi cukup lah untuk mempelajari tentang bentuk-bentuk rumah tradisional.

Dari sana kami kembali ke Insa-dong. Sesampai di tempat penyewaan Hanbok, hujan turun dengan derasnya. Beruntung sekali kami sudah sampai di gedung penyewaan tersebut. Saya tidak bisa membayangkan jika hujan turun saat kami masih mengenakan Hanbok dan masih di jalan.

img-0214-jpg-6069de27d541df3a723c4462.jpg

img-0217-jpg-6069de8b8ede481a75649922.jpg

img-0230-jpg-6069dffa8ede485ccd2e1dc2.jpg

Setelah berganti pakaian ke pakaian 'normal', kami kemudian mencari makan. Kami makan di Insa-dong sambil ngobrol mengingat kelakuan mereka saat mereka masih bersekolah di sekolah tempat saya bekerja. Kejadian-kejadian lucu di kelas maupun di luar kelas kami ceritakan sambil tertawa-tawa. Setelah makan, mantan murid saya yang laki-laki kemudian meminta saya dan kolega saya untuk menjadi tamu di vlog nya dan mulainya dia mewawancarai kami. Dua hari kemudian vlog yang dia buat pun mulai tayang. Bangga juga melihat dia berhasil menjadi vlogger, dan saat makan dia mengatakan bahwa dia yang akan mentraktir kami karena penghasilan dia sebagai vlogger cukup lumayan.

Hari sudah cukup larut, kami pun memutuskan untuk berpisah. Tapi sebelum berpisah saat berjalan di sepanjang Insa-dong, kami sempat mampir di sebuah 'stand' yang menjual Ta-Rae (semacam permen/gulali yang terbuat dari madu dan gula berwarna putih dan dalamnya berisi kacang tanah atau almond atau walnut yang dihaluskan. Bentuknya seperti kepompong, tapi berwarna putih. Rasanya tentu saja manis). Kami tertarik dengan cara pembuatannya dan yang lebih menarik lagi, penjualnya dapat berbahasa Indonesia. Wow ... tidak hanya satu dua patah kata tapi bisa berbicara dalam bahasa Indonesia patah-patah. Mantan murid saya saja kagum mengetahui kalau penjual tersebut dapat berbahasa Indonesia. 

Setelah puas menyaksikan atraksi menarik tersebut, kami lalu berpisah di stasiun Insa-dong menuju ke tempat masing-masing. Hari yang berkesan dan tak akan saya lupakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline