Jam empat pagi, kami (teman saya dan saya) sudah bangun dan bersiap-siap untuk mendaki gunung Andong. Pemandu yang sehari sebelumnya mengantarkan kami ke beberapa tempat di Magelang sudah tiba di penginapan. Setelah minum minuman hangat kami segera berangkat menuju Andong. Jam sudah menunjukkan pukul 4:45 ketika kami tiba di base camp. Setelah perlengkapan kami bawa, pendakian pun kami mulai. Kami ditemani seorang teman dari pemandu kami karena dia sebetulnya belum pernah mendaki Andong.
Saat mendaki, pemandangan yang tersaji di depan kami sangat indah. Kerlip-kerlip lampu di kejauhan menemani perlajanan kami. Di perjalanan kami sempat ragu-ragu untuk memilih jalur. Akhirnya kami memutuskan untuk memilih jalur yang tidak biasa. Ternyata perjalanan tersebut hanya sedikit menyediakan 'bonus' (jalan datar). Keringat sudah mengucur deras walaupun hari masih pagi dan udaranya masih terasa sejuk. Langit gelap perlahan menjadi sedikit terang, semburat jingga mulai mewarnai langit dan gunung yang sedari tadi berada di dekat kami perlahan-lahan mulai nampak jelas. Dia berdiri kokoh diselimuti awan putih dan semburat jingga. Indah sekali. Tentu saja hal ini tidak saya lewatkan untuk mengabadikannya di kamera saya. Cukup lama saya berdiri di situ menikmati keindahan alam ini. Bersyukur dapat menimati keindahannya.
Sepertinya kami tidak dapat melihat matahari terbit dari puncak, karena selain kami agak kesiangan saat mulai mendaki, kami juga banyak berhenti untuk mengabadikan momen-momen indah yang kami temui. Akhirnya, setelah berjalan hampir selama dua jam, sampailah kami di puncak. Angin bertiup cukup kencang dan udaranya ... brrrrrr ... lumayan dingin.
Di puncak berjejer tenda-tenda. Rupa-rupanya banyak anak muda yang berkemah di sana untuk menyaksikan matahari terbit. Tapi sayang, mereka yang menyebut diri sebagai pencinta alam ternyata tidak menunjukkan kecintaan terhadap alam. Mereka merokok seenaknya, bahkan di dalam warung yang penuh manusia dan cukup tertutup.
Pemandangan di puncak sangat indah, kita bisa melihat beberapa gunung (360 derajat), ada yang dekat tapi ada juga yang di kejauhan. Apalagi saat itu ternyata saya masih bisa melihat matahari terbit, walaupun tidak dari awal. Namun warna jingga di langit saat matahari yang menampakkan diri di samping sebuah gunung serta awan putih yang masih menyelimuti bagian leher gunung nampak begitu indah. Hampir semua orang yang ada di sana tidak lupa berfoto ria. Ada yang selfie dengan berbagai gaya, ada yang foto bersama-sama dengan minta bantuan orang lain, dan banyak lagi.
Cukup lama kami di puncak dan saat matahari sudah mulai agak tinggi dan panasnya sudah menyengat kulit, kami memutuskan untuk turun. Kali ini kami memilih jalur biasa. Kami sempat berbincang dengan beberapa pendaki yang kami temui dan berbagi pengalaman. Saat tiba di bawah, kami sempat beristirahat barang sejenak sambil berfoto-foto karena pemandangannya memang indah, lalu perjalanan kami teruskan menuju pegunugan menoreh lalu ke Yogyakarta. Keesokan harinya kami kembali ke Jakarta dan kembali lagi ke rutinitas pekerjaan kami.
gmt 31/03/2021
foto-foto: koleksi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H