Lihat ke Halaman Asli

MARTEL ( Mari Telusuri )

MARTEL ( Mari Telusuri )

Politik Pecah Belah Bertopeng Nasionalis (Refleksi, Kritik, untuk GMNI Jaya)

Diperbarui: 6 Oktober 2021   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bung Yongki Ketua GMNI Malang (Dokpri)

Bukanlah fenome yang baru, politik pecah belah ini sudah ada zaman kolonial, silahkan baca sejarahnya. Mungkin sedikit berbeda dari sekarang di mana politik pecah belah ini dimainkan bukan dari kolonial melainkan dari oknum penguasa yang mengatas namakan nasionalis. 

Kita ketahui bersama bahwa ketidak akuran kelompok nasionalis sesungguhnya bukan kemauan sendiri, melainkan ada permainan busuk yang terselip di balik agenda - agenda organisasi yang tanpa kita sadari dapat memecahkan.

Buktinya pada kongres GMNI  ke XX di Ambon kelompok - kelompok ini berhasil mencapai keinginan hawa nafsunya. Ini bukan soal GMNI si-A atau GMNI si-B, kita terlalu sempit terjebak di situ. 

Kedua GMNI ini tidak bersalah hanya saja sangat disayangkan kita mudah menjual ideology mengatas namakan Marhaenisme untuk melukai tubuh organisasi. 

Apakah perjuangan kita yang mulia ini hanya sebatas pangku kekuasaan politik ? Itu namanya ceroboh dan tidak melambangkan bagwa kita adalah seorang organisatoris yang baik.

Sebagai kader yang memiliki jati diri nasionalis sejati, sudah saatnya kita menyadari hal ini dan keluar dari keangkuhan kita, untuk menata kembali keterpurukan ini. 

Bung Karno dengan kemampuan kharismatiknya menyatukan nusantara dan menitipkannya untuk kita anak cucunya. Seperti halnya yang dilakukan para founding father kita di GMNI kala itu ke tiga pimpinan besar dari 3 organisasi besar, mau melebur menjadi satu dan sekarang kita kenal dengan GMNI.

Apa yang dilakukan founding father kita mengajarkan kita tentang pentingnya persatuan. Lantas kita hari ini meghancurkan semuanya. Kita tidak mampu menjaga warisan para pendahulu kita, tapi bangga dengan kebodohan kita. 

Kita tidak mempunyai kekuatan analasis sistem politik yang kuat dalam membangun kejayaan organisasi, hal inilah yang menjadi masalah sehingga menjobloskan kita pada jurang kehancuran.

Di era ekosistem baru ini dapat kita lihat arus digitalisasi semakin berkembang biak, kita sebagai kader nasionalis harus mampu membidik ini sebagai suatu peluang bukan ancaman. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline