Banyak orang bilang perempuan zaman sekarang harus bisa melakukan banyak hal. Mereka harus bisa memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, sampai cari tambahan penghasilan.
Menurut saya, bagus sih memang kalau bisa melakukan banyak hal. Walaupun tidak bisa melakukan semua hal, setidaknya ada sesuatu yang bisa dikerjakan.
Bukankah laki-laki juga demikian? Apakah semua laki-laki bisa mengerjakan hal-hal yang memang sepatutnya dikerjakan oleh kaum mereka? Nggak juga, kan?
Oke, tidak perlu memperdebatkan apa yang seharusnya dilakukan perempuan dan apa yang harus dilakukan laki-laki. Zaman sudah modern. Baik laki-laki maupun perempuan bisa mengerjakan apa saja sesuai kemampuan masing-masing.
Kalau dulu, laki-laki kerjanya di kantor, di sawah, atau pekerjaan-pekerjaan berat. Sedangkan perempuan biasanya kerjanya di rumah - memasak, mencuci, mengurus anak. Sekarang, laki-laki ada yang menjadi penata rias. Perempuan ada yang menjadi sopir.
Aneh nggak kalau perempuan mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan laki-laki? Eh, setahu saya Ibu Kartini sebagai pelopor emansipasi nggak pernah mengatakan kalau perempuan harus bekerja sebagai ini atau itu.
Mau kerja apa ya terserah. Yang penting halal. Nggak usah kepo si anu kok bisa didatangi paket terus tiap hari padahal dia di rumah saja sepanjang hari.
Masih dalam momen Hari Kartini, yuk bicara tentang perempuan.
Pekerjaan yang dikerjakan ada yang sesuai dengan minat atau hobi, tetapi ada juga yang memang dapat kerjanya seperti itu. Atau ada juga yang bekerja karena tuntutan - dari keluarga misalnya. Yang kerjanya berawal dari hobi nggak sedikit juga, lho!
Ada beberapa perempuan yang saya kenal membuka usaha berawal dari hobi. Salah satu teman saya bernama Natalia awalnya hobi membuat kerajinan tangan.
Natalia sering mengadakan workshop untuk mengajarkan cara-cara membuat kerajinan tangan seperti membuat gantungan kunci, kotak tisu, dan lain-lain.