Lihat ke Halaman Asli

Bersama Selamatkan Badak Jawa

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebagai upaya pelestarian badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), maka pembangunan area konservasi dan pembelajaran badak Jawa atau Javan Rhino Study and Conservation (Jarhisca) dilakukan. Program ini dibangun dengan pertimbangan bahwa berdasarkan beberapa perundangan di antaranya UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem dan Permenhut 43/2007, badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) perlu dilindungi.

Pembahasan tersebut diangkat dalam suatu forum diskusi yang diadakan di Jakarta, Selasa (16/8) lalu. Hadir di forum ini berbagai pihak terkait.

Menurut keterangan Dirjen Kementerian Kehutanan Darori, pendanaan Jarhisca berasal dari International Rhino Foundation (IRF), dan pada pelaksanaan Kemenhut bekerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia.

Tujuan Jarhisca, masih menurut Darori, adalah memberi ketersediaan habitat yang dapat menampung badak Jawa lebih baik, seraya memudahkan pembelajaran mengenai ekologi dan perilaku badak Jawa, seperti perilaku reproduksi. "Dengan ini diharapkan ada peningkatan jumlah individu, agar pada waktunya dapat diciptakan populasi kedua," tambahnya.

Sedangkan Ketua Yayasan Badak Indonesia yang pernah menjadi Kepala Balai di TNUK, Widodo Ramono menyampaikan, penyebab kondisi kritis badak Jawa yaitu faktor risiko alamiah seperti kondisi geografis, pemanasan global, depresi genetis; faktor ancaman dari luar seperti kualitas habitat, persaingan dengan conspecifics misalnya babi, penyakit zoonosis yang ditularkan dari ternak, perburuan ilegal; serta faktor fisik dan biologis badak Jawa: sebagai pemakan pucuk-pucukan/tanaman rendah (browser) dan penghuni dataran rendah (limited habitat range).

"Dari cara gerak yang plantigrade (bertumpu pada tapak kaki), satwa ini adalah spesialis dataran rendah. Padahal seluruh dataran rendah di Jawa yang dulunya dihuni badak boleh dibilang sudah dihuni oleh manusia," tuturnya.

Pada penjabarannya Widodo pun mengatakan, "Kamera dan video traps indikasikan terjadi perkembangbiakan badak Jawa di TNUK. Namun perkembangbiakan sangat lambat dengan tren pertumbuhan negatif, rata-rata minus 0,7 persen per tahun. Jika berlanjut, badak Jawa akan punah akhir abad 21."

Populasi badak cula satu di Ujung Kulon kini merupakan satu-satunya yang tersisa di dunia, dengan hanya 3 ekor lainnya di wilayah dataran Vietnam. Jumlahnya sebanyak 30-40 ekor, meski setiap bulan mungkin saja ada penambahan.

"Dengan jumlah sekian itu, badak Jawa memang sudah di titik kritis. Tidak ada jalan lain selain melakukan usaha semacam Jarhisca," ujar Prof. Hadi Alikodra, pakar ekologi dan penataan daerah konservasi dari Laboratorium Ekologi Satwa Liar IPB. Tapi Hadi sekaligus mengingatkan dalam implementasi, harus selalu ada ruang untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan proses perencanaan Jarhisca ini.

Pihak petugas konservasi TNUK yang juga ikut hadir mengutarakan kepedulian mereka, "Seratus tahun lalu orang masih bertemu badak, tapi sekarang (hampir) semua sudah habis, semua dataran rendah telah dipakai orang."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline