Setelah aksi #KamiTidakTakut ga ada aksi kumpul ke kantor Polda Metro Jaya dengan aksi #KamiNaksir nih bawa bunga sekalian buat polisi yang ditaksir?
Maap nyirnyir, hestek yang satu ini dari kemarin jadi bahan diskusi sama Inasshabihah Inas dan R.a. Gabriella Imelda Wiseso karena kelihatan banget ya karakter orang Indonesia yang epik, masih sempet-sempetnya bikin hestek begitu, padahal lagi ada tragedi kemanusiaan :')
Terus kemarin gue ngobrol sama Bella dan teman teman Tarakanita angkatan dia, ada pikiran temannya yang seksi abis, kira kira begini: lama lama pusing dengan hestek #KamiTidakTakut dan ada foto abang sate tidak takut, ya jelas aja si abang sate gak takut mati, dia cuma berpikir bagaimana dia bisa makan besok dan menafkahi keluarganya, dia gak takut pistol mungkin dia pikir kemiskinan bisa merenggut hidupnya kapan saja. Beda sama kita yang cuma ongkang kaki megang gadget kalau diberondol pistol juga kencing lu palingan.
Saya tertawa mendengarnya, Jakarta. Ketimpangan Sosial. Wajah semrawut. Kelas menengah berteriak tidak takut, padahal ketakutan, sehingga mereka solider satu sama lain. Tukang sate. Pedagang asongan, mereka jauh lebih berani karena tahu Jakarta tak pernah memihak kepada mereka. Make sense.
Benar juga ya, saat seperti ini baru mereka melihat keberanian warga yang hidupnya pas-pasan dan miskin.
(maap congor gue emang suka jahat tapi untung kata-kata panjang .ini tak jadi saya posting di facebook).
Malam Sabtu, 15 Januari 2016
Semalam, aku datang lagi ke Bumi Serpong Damai untuk berjumpa dengan kawan-kawanku juga menemani adikku yang kos di Foresta.
Aku, Inas, dan Imel, kami berkumpul bersama berbagi kisah. Namanya perempuan kalau sudah mengumpul, ada saja yang diceritakan. Dari mulai masalah bom Sarinah sampai soal move on.
Tetapi topik yang paling penting soal bom Sarinah, bagaimana Imel membeberkan ada salah satu anak UMN yang juga menjadi korban bom tetapi berhasil melarikan diri ke tempat yang lebih aman.m