Orang bilang Februari adalah bulan penuh cinta, khususnya di tanggal 14. So, berhubung kisah kasih tidak melulu berakhir seperti kisah Cinderella, kali ini asik juga bahas sisi kelam dunia percintaan di satu kata keramat yang tidak enak untuk diingat, yaitu 'Mantan'.
Setiap insan di dunia ini siapa sih yang tak punya kenangan. Apalagi kenangan tentang hal-hal yang bernuansa romantisme, pasti punya. Yah, meskipun tiap orang pasti mengalaminya pada waktu dan usia yang berbeda-beda.
Kalau flashback kebelakang, melihat perkembangan zaman dan generasi, pasti sudah jauh beda cara berinteraksi dan cara mengungkapkan sayang ke seseorang yang kita suka. Sepertinya zaman sekarang anak-anak muda, apalagi para kaum millennials lebih canggih dalam hal percintaan hahaha...
Tapi yang mau dibahas di sini bukan soal itu. Ini tentang Mantan saya. Seseorang yang pernah ada, pernah punya beberapa kenangan dengan saya. Meskipun pada akhirnya, mau tidak mau, suka tidak suka, ikhlas atau tidak, saya harus menyematkan lencana "mantan" di dada kanannya. Karena di dada itu, yang dahulu jantungnya berdebar saat bertemu saya, kini sudah tidak lagi.
Cinta bisa datang kapan saja, di mana saja tanpa diundang dia akan menghampiri siapa yang ditujunya. Tiap orang akan mengalaminya sadar atau tidak, mau, atau tidak.
Cinta tidak pandang usia baik muda maupun tua tidak memandang status ekonomi baik kaya maupun miskin. Cinta bahkan tidak melihat fisik seseorang baik itu jelek atau cakep.
Pertemuan dengannya sih tidak sengaja. Seperti sebuah kebetulan. Waktu itu saya lagi duduk sendirian disebuah cafetaria. Yah memang saya tipical yang suka habiskan waktu luang sendirian. Enjoying my own accompany.
Jadi ceritanya si babang tampan ini lewat persis di depan saya. Entah karena dia melihat saya cuma duduk sendirian makanya kasihan.
Atau memang dipikirannya saat itu seperti iseng-iseng berhadiah. Alias iseng menyapa, yah siapa tahu lanjut...hahaha, mungkin saja yaa.
Cara dia ingin tahu nama saya juga tergolong unik, tapi itu yang justru bikin dulu jatuh hati. Seraya mendekat menyapa, kalimat pamungkas yang terucap oleh si dia waktu itu, "sorry, kalau aku mau pesen kopi yang lebih milky gitu, namanya apa yah?"...well, dalam hati sebenarnya sih membatin..."dikira gue barista kali, gak liat nih udah dandan kayak princess gini!"...hahaha
Lanjut, saya jawab dengan singkat.."kopi latte maksudnya kali mas." Oh, iya kopi latte, jawab si babang tampan sambil tersenyum menampilkan sederet giginya yang putih bersih. Sampai di sini sih saya masih cuek, sambil terus melanjutkan kesibukan saya dengan mobile phone di tangan. Belum ada angin-angin asmara yang menerpa, hehehe.