Lihat ke Halaman Asli

S Gloria

Karyawan Professional dan Blogger

Kesehatan yang Baik dan Akal Sehat, Adalah Dua dari Anugerah Terbesar Kehidupan

Diperbarui: 31 Oktober 2019   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehat Aset utama dalam hidup.|dok: freepik.com

Kata teman, saya itu orangnya energik. Bagaimana tidak, saya orang yang paling tidak bisa berdiam diri dengan waktu lama. Harus selalu ada kegiatan yang saya lakukan, bahkan pun ketika waktunya libur. Saya lebih senang dengan berbagai macam kegiatan dan kesibukan.

Menjadi sangat aktif dalam satu sisi membawa kebaikan buat saya. Karena saya senang melakukannya. Saya pikir dengan melakukan banyak kegiatan, bukan cuma membuat badan jadi lebih banyak bergerak, tapi juga otak. Otomatis dengan aktifitas tersebut memacu otak untuk mengeksplor hal-hal baru dan mencari ide-ide baru untuk mengisi kegiatan saya.

Menjadi bagian dalam organisasi di rumah, ikut aktif di kegiatan lingkungan keagamaan, bahkan senang berkecimpung dalam dunia sosial bersama-sama teman sejawat. Inilah bagian kegiatan yang saya lakukan sehari-hari.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal itu. Yang salah adalah pola pikir saya. Saya punya pola pikir yang menggampangkan kesehatan diri sendiri. Kadang ketika usia masih produktif, badan masih fit, dan kemauan masih besar, kita melupakan satu hal 'menjaga kesehatan'. Dan inilah yang justru menjadi kesalahan fatal pada akhirnya.

Saya tidak menyadari bahwa kondisi kesehatan saya pada titik "peringatan" atau sudah lampu kuning saat itu. Beberapa tahun lalu, ketika kondisi kesehatan saya mulai menurun. Dimulai dari berat badan yang sedikit demi sedikit menurun. Lalu saya mulai mudah lelah, sering merasa nafas saya pendek apalagi setelah berjalan atau menaiki tangga. Kadang nafas saya mulai terengah-engah.

Pun pada kondisi saat itu saya masih tidak menanggapi dengan serius tanda-tanda yang diberikan oleh tubuh saya. Pikir saya,"ah paling hanya kecapean." Dan saya tetap meneruskan semua aktifitas saya seperti biasa.

Sebulan, dua bulan berlalu sejak kondisi badan memperingati saya. Sampai pada titik dimana saya mulai merasakan keanehan pada pencernaan saya. Setiap kali saya makan atau bahkan minum, saya mulai merasakan nyeri di bagian ulu hati. Nafsu makanpun berkurang, sampai akhirnya berat badan menyusut tajam. 11kg hanya dalam kurun waktu 2 Minggu!.

Otomatis semua kegiatan saya terhenti saat itu. Orang tua pun mulai sangat khawatir dengan kondisi saya. Mulailah saya mendatangi rumah sakit bersama orang tua yang menemani. 

Saat itu diagnosanya belum pasti. Tapi dokter menyarankan saya untuk di opname, supaya ada asupan makanan tambahan yang nantinya di infusi kedalam tubuh saya. Mempertimbangkan kondisi kesehatan saya yang menurun drastis.

Serangkaian tes, cek lab, belum obat-obatan, biaya dokter spesialis, semua yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Sepertinya kali ini saya memang harus membenahi pola pikir dan akal sehat saya terlebih dahulu. Supaya kedepan saya memahami betul bahwa kesehatan adalah aset terbesar dalam hidup yang telah saya abaikan.

Prioritas utama berhubungan dengan prioritas lain. Tabungan dan asuransi kesehatan ialah bagian rencana keuangan yang baik.|dok: shutterstock.com

Dalam masa-masa seperti ini, mulai timbul pikiran akan betapa buruknya perencanaan keuangan saya selama ini. Dulu, saya sering kali menganggap remeh Asuransi Kesehatan. Akal sehat saya sepertinya tidak mampu menerima bahwa menjadi bagian dari Asuransi Kesehatan, lebih kepada investasi untuk kesehatan kita sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline