Belum usai prosesi akad nikah, Luigi sudah bergegas ke belakang. Dibalik ukiran dua ekor angsa yang terbuat dari balok es, dia diam
menunggu. Siapa lagi kalau bukan Billy, teman kerjanya yang juga salah seorang kerabat dekat dari pengantin pria. Minggu lalu, Billy
memohon-mohon pada Luigi untuk membantu dirinya. Billy ingin sekali memberikan sebuah hadiah pernikahan bagi kedua mempelai. Dan karena inilah Luigi terlibat. Dalam rencana Billy, sebuah foto berukuran besar akan menjadi sebuah persembahkan. Bila bukan karena hutang budi, Luigi --si penggila photograpy ini tidak akan pernah takluk. Dua tahun lalu, Billy pernah menyelamatkan Luigi dari hantu maut yang nyaris merenggut nyawanya. Malaria, itulah hantunya. Dengan menggunakan heli, Billy datang untuk mengevakuasi dirinya dari Siglayan.
*
Dua pria penjaga stand buah-buahan mulai merasakan kehadiran Luigi. Beberapa kali mereka mengucapkan kata permisi pada Luigi. Saat memasang kabel listrik dan menyalakan lampu tembak. Saat meletakan buah-buahan beraneka jenis dan warna. Saat menata piring kertas dan garpu plastiknya. Dan terakhir adalah saat mereka menawarkan semua buah yang sudah tersaji dengan indah. Luigi tak menimpali aksi kedua penjaga itu.
.
Dibalik ukiran angsa berhias huruf --DL, inisial dari nama kedua mempelai, Luigi hanya tegak dan berdiri dalam diam yang sungguh dalam. Wajahnya begitu tidak ramah, mulutnya terkatup rapat tanpa kata. Beberapa kali kedua rahangnya terdengar bergemeletuk, seolah Luigi tengah menahan dingin. Kedua matanya menatap lekat pada dua ukiran nama kedua mempelai. Seharusnya saat disinari lampu tembak tiga warna itu akanlah tampak indah. Semua yang melihatnya akanlah bersuka cita,
terlebih ini ada dalam resepsi pernikahan.
Dua mata Luigi tampak berkaca-kaca. Dan lama kelamaan, seiring dengan tetesan es yang
mencair dari kedua huruf itu, dua bulir air mata jatuh susul menyusul dari sudut mata kiri Luigi. Tak kuasa Luigi menahankan itu semua. Dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari tangan kanannya, Luigi buru-buru menyeka dua sudut matanya ini.
Basah air mata masih bisa Luigi rasakan pada ibu jarinya ini. Terlebih saat Luigi mengusapkan ibu jari penyeka pada bekas luka di pergelangan tangan kirinya. Luka ringan, bekas jahitan yang menyerupai dua angka enam. Walau bekas luka ringan, tapi bagi Luigi jejaknya sangatlah begitu dalam. Luka yang
dijahit oleh seseorang yang sudah lama menghilang. Empat tahun yanh lalu, serpihan kayu berpaku pernah menancap di pergelangan tangan Luigi. Menancap dan mencabik ...begitu dekat dengan nadi hingga mengeluarkan banyak sekali darah. Sampai akhirnya, Luigi dibawa ke posko kesehatan dan mendapatkan perawatan yang layak dari Lala, --seorang calon dokter muda. Perawatan yang membuat kedua insan muda ini tertaut dalam kesan. Hingga kemudian berujung pada sebuah pernyataan cinta. Menjadi sejoli dalam sebuah operasi kemanusiaan selama empat bulan. Walau singkat, tapi sungguh telak saat membuat separuh jiwa Luigi hilang seiring dengan dia yang tidak diketahui rimbanya lagi. Bertahun-tahun lamanya Luigi mencari dia.
Sebuah pencarian yang sia-sia, hingga dipenghujung usia tigapuluhnya ini pun Luigi masih mendambakan kehadiran dia. Jejak luka yang menyerupai dua angka enam itu, bagi dia bukanlah sebuah kebetulan. Luigi yakin, luka dipergelangan tangan kirinya adalah sebuah tanda keabadian. Enpat tahun lamanya, Luigi hidup dengan keyakinannya ini. Tapi beberapa menit yang lalu, Luigi pun menjemput kepastiannya.
Lewat jendela bidik kamera, Luigi sudah melunasi hutangnya. "Satu frame untuk Billy" ...yang berisikan mempelai wanita yang tengah menunduk menahan haru saat dia harus melewati prosesi akad nikahnya. Wanita berkebaya putih, yang tampak anggun bersinar sederhana.Begitu tampak mempesona bagi semua mata.
Saat konsentrasi semua indranya bertambah, Luigi semakin mendengar suara isakan sang mempelai wanita yang semula sayup. Suara yang sangat tak asing yang mengembalikan semua ingatan yang pernah ada dalam benaknya. Tapi terlanjur basah, satu tekan tombol pelepas rana sudah Luigi ambil, tak ayal lagi satu tekanan itu pun berubah menjadi satu pukulan kuat dalam bathin pengintipnya.
Tak kuat akan dirinya yang hampir limbung
ditengah keramaian, dengan sempoyongan Luigi berlindung menuju ke tempatnya sekarang berdiri. Dibalik ukiran angsa berhias huruf --DL, inisial dari nama kedua mempelai, Luigi hanya tegak dan berdiri dalam diam yang sungguh dalam. Kedua ukiran huruf itu, semakin lama semakin banyak meneteskan air. Seolah mereka bisa merasakan kepedihan hati
Luigi yang menahan tangisnya sendiri saat dia benar-benar kehilangan separuh jiwanya pergi disunting orang. Luigi masih belum bisa menerima satu huruf dari dua inisial dengan dua angsa yang sudah dia jadikan sebagai tempat berlindung. Dia sungguh sangat terlambat menyadari siapa mempelai wanita ini. Sudah terlambat juga untuk berkata sesal, sambil termenung dalam Luigi hanya bisa meraba jejak luka pada pergelangan tangan kirinya. Tanda keabadian yang dia yakini ini ternyata hanya akan menjadi
bekas luka biasa. Jejak luka yang menyerupai dua angka enam, yang