Assalamualaikum ...
sebelumnya saya ingin mengucapkan terimaksih karena telah membaca essay pertama saya yang berada di kompasiana ini.dan selamat membaca
sambat(Jawa) atau mengeluh adalah suatu bentuk ekspresi formal tentang ketidaksukaan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek yang diterima seseorang. (Lovelock & Wright : 2002);
Lalu selain kata Mengeluh kata sambat ini juga memiliki padanan kata lain seperti komplain dan kalau dalam bahasa pergaulan saya yaitu "nggersulo".
Sambat sendiri sudah melekat pada kehidupan sehari-hari seperti ketika di sekolah mendengar keluhan teman ketika ulangan susah,habis diputusin pacarnya,pusing ingin melanjutkan pendidikan kemana setelah SMA dan lain-lain.Ada pula sambatan atau bahasa resminya keluhan diatas yang memang sifatnya resmi dan bertujuan untuk membangun seperti keluhan di restoran atau instansi pemerintah dimana disana ada form keluhan untuk membuat tempat-tempat tersebut menjadi lebih baik lagi dan dapat melayani masyarakat lebih baik lagi.
Sekarang kita fokus sesuai judul ..... ya anak SMA , memang seumuran anak SMA seperti saya juga banyak sambatan sehari-hari seperti yang disebutkan di atas.Kalau ditinaju secara sepintas saja pasti kebanyakan orang akan berpikir bahwa pasti anak SMA akan sambat karena pada dasarnya mereka labil, begitu kata-kata boomers(sebutan anak gaul kepada orang tua yang lahir dibawah tahun 75 an) .Tapi hal ini perlu kita telisik lebih dalam lagi,karena saya sendiri sebagai seorang remaja SMA sadar kalau ada hal yang sebenarnya harus dilihat.
Yang pertama , kita mulai dihadapkan dengan berbagai tantangan baru setelah usia kita bertambah , seperti yang kita lihat bahwa mereka mulai dihadapkan dengan hak-hak dewasa seperti mengambil keputusan sendiri, harus hidup mandiri,dan lain-lain .belum lagi yang dah dapet KTP pasti mau nyoblos kan.... pasti bingung kan dengan hal-hal yang harus kita ampu dari masa peralihan ini.Kalau menurut saya sendiri memang sebagai anak SMA yang notabene oleh orang tua sudah harus bisa untuk bertanggung jawab sendiri,benar sih .....
Tapi kebingungan itulah yang membuat kita sering sambat , apalagi jika tambah dibingung kan dengan cita-cita kita mau kemana... tambah sambat kita ... tetapi tenang aja proses ini dialami oleh semua manusia dan kita harus menjalani nya dengan sepenuh hati dan ikhlas ; saya juga ingin cerita kalau dahulu pas awal-awal masuk sekolah asrama juga sering sambat, karena kita harus dituntut lebih agar mandiri dan juga kalau sampai sekarang saya masih sambat saja pasti gak betah sampai setahun setengah di SMA tercinta ini.... intinya kita karus menerima proses ini (walaupun sampai sekarang masih sedikit mengeluh sih....).
Yang kedua adalah munculnya teknologi Informasi yang membuat sambat menjadi lebih mudah.BENAR.... , seperti contohnya adalah grup-grup di sosial
media kita, penuh dengan sambat , pasti ada saja teman atau sahabat atau pacar (saya gak punya) yang curhat ke kita via media sosial, jangankan media sosial , media nyata saja banyak .... apalagi sosial.Dan juga muncul fenomena-fenomena seperti akun khusus sambat yang mana kebanyakan berpusat di Twitter karena memang mudah mengepos tulisan ketimbang Instagram yang harus gambar. Di Twitter contohnya saya menemukan banyak sekali akun-akun yang mendeklarasikan dirinya sebagai akun sambat.
Gambar Diatas menunjukkan bahwa memang di Twitter sedang populer tentang sambat itu