Memahami dunia anak, seseorang harus banyak menyandarkan diri pada observasi terhadap tingkah laku anak. Mengapa? sebab, anak-anak belum mampu mengungkapkan kehidupan psikisnya. Saat anak mulai dewasa (bertambah dewasa secara usia), kita bisa lebih banyak melakukan obeservasi terhadap tingkahlakunya; dan bisa mendengar ceritanya tentang keadaan dirinya sendiri.
Namun demikian, kita harus menyadari, bahwa hampir tidak ada seorang anak yang bersedia membukakan segenap perasaan dan isi batin (hatinya) kepada orang lain. Ada semacam keengganan, "ketakutan", atau rasa malu yang menghambat dirinya untuk membukakan isi perasaan dan fikirannya; sekalipun terhadap ibu sendiri atau orang tua.
Memang banyak hal yang tidak kita pahami pada diri anak; atau kita sering salah menafsirkan tingkah laku anak. Namun demikian, kita bukannya asing terhadap kehidupan anak. Kita bisa membandingkan pikiran-perasaan-prilaku anak dengan pengalaman kita sendiri pada masa kanak-kanak.
Pada hakekatnya sisa-sisa "sifat kanak-kanak itu masih ada (melekat) pada diri kita, sampai sekarang. Oleh karena itulah akan menjadi pristiwa yang mengasikan, kalau kita mampu memahami hakekat anak seperti adanya, dan memahami hakekat dunia kanak-kanak yang pernah kita jalani sendiri di samping memberi warna pada kehidupan sekarang (Memahami Masa Lalu Pengaruhnya Terhadap Masa Depan).
Ada tiga jenjang pokok yang terdapat pada kehidupan anak manusia menuju kedewasaan : Pertama : konsepsi diri, ada sejak dalam kandungan, sebagai wujud atau sebagai organisme yang tumbuh.
Kedua : kelahiran di dunia memberikan kejutan-ketakutan-kesakitan, sehingga ia mengeluarkan jerit tangis melengking ketika harus meningglakan rahim ibunya.
Ketiga : kemampuan realisasi diri menjadi pribadi/person. Pada fase ketiga ini setiap individu menghayati eksistensinya sebagai pribadi yang berbeda dengan orang lain. Kesadaran-diri sebagai person atau sebagai AKU menumbuhkan keinginan untuk membuat dirinya sebagai suatu "proyek" yang harus diisi dan membangun diri (mengembangkan diri). Inilah yang disebut usaha realisasi-diri. Tanda-tanda kesadaran-diri itu semakin jelas dan makin kuat pada tiga tahun yang pertama; dan menjadi kuat dengan bertambahnya umur sang anak.
Sumber Bacaan:
Kartini Kartono (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : Mandar Maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H