Looking at Indonesian economic fundamental and its potency rupiah is definitely undervalued. But how to defend the rupiah from falling is another issue which is unfortunately has not been well understood by pejabat yg sedang bingung.
Penyebab rupiah loyo diantaranya:
- Dominasi USD di dalam berbagai transaksi, bukan saja ekspor-impor tapi juga berbagai transaski di dalam negeri.
- Dominasi asing di dalam pasar uang NKRI.
- Regim devisa bebas menjadikan NKRI speculant friendly.
- Tidak ada batasan usaha apa saja yg boleh utang dalam USD.
Kunci penyelesaiannya adalah:
- Lakukan bilateral (currency) swap dg sebanyak mungkin mitra dagang dan secara terus-menerus guna menghindari penggunaan USD. Ini u/ menghilangkan dominasi USD. Jika dilakukan dg disiplin maka himbauan Gubernur BI "Eksportir sudah saatnya melepas USD" tidak diperlukan.
- Hanya perusahaan yg orientasi ekspor yg boleh utang dalam USD, itupun harus dipantau dg ketat besarannya harus wajar sesuai skala usaha dan ekspornya. Perusahaan yg tidak melakukan ekspor hanya boleh utang dalam rupiah.
- Lakukan kontrol selektif thd lalu-lintas devisa.
- Turunkan BI rate dan kurangi NIM bank supaya bank lebih efisien di dalam menjalankan fungsi mediasinya. Ini sangat penting u/ menyokong usaha sektor riil. Keuntungan bank yg besar jangan krn NIM yg tinggi tapi harus krn operasinya yg efisien dan manajemen resiko yg baik.