Lihat ke Halaman Asli

Gladys

Pascasarjana Kriminologi, Universitas Indonesia

Peran Kriminologi Forensik dalam Menemukan Pelaku Kejahatan

Diperbarui: 20 Januari 2025   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: NBC News

Kriminologi Forensik adalah cabang ilmu kriminologi yang menggabungkan prinsip-prinsip kriminologi dengan teknik forensik untuk menganalisis kejahatan dan perilaku pelaku kejahatan melalui bukti ilmiah dan fisik. Fokus utama dari kriminologi forensik adalah penggunaan metode ilmiah dalam mengidentifikasi pelaku kejahatan, menganalisis motif, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan kriminal. Ilmu ini mencakup berbagai disiplin, seperti hukum, psikologi, biologi, kimia, dan antropologi, yang digunakan untuk memecahkan kasus kejahatan. Bukti-bukti forensik seperti DNA, sidik jari, jejak sepatu, dan forensik digital memainkan peran penting dalam membantu pihak kepolisian dan lembaga penegak hukum dalam menyelidiki dan menyelesaikan kasus kejahatan.

Salah satu kasus kriminologi forensik paling terkenal yang berhasil diselesaikan adalah identifikasi Golden State Killer di Amerika Serikat, yang dipecahkan melalui genealogi genetik pada tahun 2018. Golden State Killer, yang juga dikenal sebagai East Area Rapist dan Original Night Stalker, telah melakukan setidaknya 13 pembunuhan, lebih dari 50 pemerkosaan, dan lebih dari 120 perampokan di seluruh wilayah California antara tahun 1974 hingga 1986. Meskipun penyelidikan intensif telah dilakukan, pelaku berhasil menghindari penangkapan selama beberapa dekade. Ia melakukan kejahatan dengan cara mengintai korban, membobol rumah mereka di malam hari, bahkan mengikat pasangan pria sementara ia melakukan pelecehan seksual terhadap wanita. Selama bertahun-tahun, penyidik menduga bahwa East Area Rapist dan Original Night Stalker adalah orang yang sama, tetapi baru setelah bukti DNA mengonfirmasi keterkaitan mereka, istilah Golden State Killer digunakan untuk menggambarkan si pelaku. 

Kejahatan-kejahatan ini tetap tidak terpecahkan selama beberapa dekade, meskipun dilakukan penyelidikan ekstensif oleh lembaga penegak hukum. Pelaku meninggalkan jejak bukti fisik, termasuk DNA, tetapi teknologi forensik pada tahun 1970-an dan 1980-an belum cukup maju untuk mengidentifikasi pelaku. Seiring dengan meningkatnya teknologi pengujian DNA, penyidik berhasil menghubungkan beberapa kejahatan ke satu tersangka menggunakan bukti biologis yang diawetkan. Namun, DNA tersebut tidak cocok dengan profil mana pun dalam CODIS (Combined DNA Index System), database federal untuk pelaku yang dikenal. Kasus ini kemudian tidak menemukan titik penyelesaian yang membuat penegak hukum dan keluarga korban terus bertanya-tanya siapa sesungguhnya sosok pelaku.

Pada tahun 2018, sebuah teknik revolusioner bernama genealogi genetik memberikan terobosan yang dibutuhkan penyidik. Proses tersebut dilakukan dengan cara:

  • Penyidik mengunggah profil DNA Golden State Killer ke GEDmatch, sebuah basis data genealogi publik yang memungkinkan individu mencari kerabat berdasarkan kesamaan DNA. 
  • Pencarian ini mengidentifikasi kerabat jauh dari tersangka. Menggunakan metode genealogi tradisional, penyidik dengan cermat membangun pohon keluarga dan mempersempit kemungkinan bahwa seseorang merupakan tersangka. 
  • Joseph James DeAngelo, seorang mantan polisi berusia 72 tahun, muncul sebagai tersangka utama.

Setelah diperoleh kecocokan data serta profil, penegak hukum diam-diam memperoleh DNA DeAngelo dari barang-barang yang ia buang, seperti tisu. DNA pada tisu kemudian dibandingkan dengan bukti dari tempat kejadian perkara dan ditemukan cocok secara sempurna. Pada 24 April 2018, DeAngelo ditangkap di rumahnya di Citrus Heights, California. Sekilas mengenai profil pelaku, Joseph James DeAngelo adalah seorang veteran Angkatan Laut dan mantan polisi yang telah menikah dan memiliki anak. Setelah meninggalkan kepolisian, ia bekerja sebagai mekanik truk dan hidup dengan tenang di pinggiran Sacramento. Penangkapannya mengejutkan orang-orang yang mengenalnya, karena ia berhasil menyembunyikan kehidupan gandanya selama puluhan tahun. Pada 21 Agustus 2020, DeAngelo dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.

Penyelesaian kasus Golden State Killer adalah momen penting dalam peradilan pidana dan ilmu forensik. Kasus ini menunjukkan kekuatan genealogi genetik, sebuah metode yang sejak itu digunakan untuk menyelesaikan banyak cold case lainnya. Dengan memanfaatkan basis data DNA publik, penyidik dapat mengidentifikasi tersangka bahkan ketika database tradisional seperti CODIS gagal memberikan kecocokan.

Di Indonesia, penyidik forensik menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi tersangka, antara lain: 

  • Analisis DNA: Menggunakan sampel DNA dari tempat kejadian perkara, tersangka, atau korban untuk menentukan hubungan.
  • Analisis Sidik Jari: Membandingkan sidik jari yang ditemukan di tempat kejadian perkara dengan database untuk mengidentifikasi individu. 
  • Forensik Odontologi: Memeriksa catatan gigi untuk mengidentifikasi jenazah manusia. 
  • Forensik Digital: Menganalisis perangkat elektronik dan data untuk menemukan bukti. 
  • Analisis Balistik: Mempelajari senjata api dan amunisi untuk menghubungkan senjata dengan kejahatan. 
  • Toksikologi: Mendeteksi zat dalam sampel biologis untuk menentukan penyebab kematian atau pengaruh zat. 
  • Antropologi: Mengidentifikasi jenazah manusia berdasarkan ciri-ciri kerangka. 
  • Entomologi: Menggunakan aktivitas serangga untuk memperkirakan waktu kematian. 
  • Patologi: Melakukan otopsi untuk menentukan penyebab kematian. 
  • Analisis Bukti Jejak: Memeriksa bahan kecil seperti rambut, serat, atau tanah untuk menghubungkan tersangka dengan tempat kejadian perkara.

Kemudian, proses identifikasi tersangka biasanya melibatkan: 

  • Pengumpulan: Mengumpulkan bukti dari tempat kejadian perkara. 
  • Pelestarian: Memastikan bukti tetap tidak terkontaminasi. 
  • Analisis: Melakukan pemeriksaan ilmiah untuk mendapatkan informasi. 
  • Perbandingan: Mencocokkan bukti dengan individu atau database yang diketahui. 
  • Interpretasi: Menarik kesimpulan dari analisis. 
  • Penyajian: Menyajikan temuan dalam konteks hukum.

Namun ada beberapa tantangan yang dihadapi penyidik forensik di Indonesia antara lain keterbatasan sumber daya, kekurangan peralatan canggih dan personel terlatih, ketidakjelasan dalam hukum yang mengatur praktik forensik, infrastruktur yang belum memadai untuk teknik forensik modern, kesulitan dalam kolaborasi antar badan penegak hukum, hingga skeptisisme oleh publik terhadap keandalan dan ketidakberpihakan bukti forensik yang ditemukan penyidik. 

Terlepas dari kendala dan tantangan yang dihadapi, berikut beberapa kasus kejahatan di Indonesia yang melibatkan kriminologi forensik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline