Lihat ke Halaman Asli

Giovani Walewawan

Seorang penjelajah yang merasa tersesat di jalan yang benar

Puisi | Merelakan

Diperbarui: 9 Maret 2019   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kalian yang masih kurindukan
Seperti sore dan ladang barley membingungkan
Menguning dalam ketiadaan
Mewarnai keadaan
Tak peduli kemalaman
Terus berdekapan

Tapi sebelumnya kita pernah di sana
Mengambang dan hampir tertiup jauh dibawanya
Semoga restu Sang Semesta kembali mempertemukan kita
Pada rajutan-rajutan cinta

Masih ku ingat Ketika tiba dimana kita harus berpamitan
Kau yang lebih dulu berlalu dalam waktu berselang
Menghilanglah dalam terang
Dihapuskan senja dengan dengan sejuta kenangan

Juga pada penjahit lamamu
Kau hanyalah seutas yang tak perlu
Daripadanya juga
Seolah sudah tak berguna
Lalu itu membuatmu bersedih menggulana
Menyendiri sekian lama
Di tiap cari pengelana

Maka diberikan Tuhan padaku
Kalian yang terputus dari benang utuh
Yang menjadi kusut dan mengeluh
Tengoklah ke pohon cemara yang berayun itu
Masih sempat ia mengugurkan lembar-lembar kasih
Ku jadikan daripadanya sebuah puisi
Sebagai ucapan terimah kasih.

Ohoijang, 09 Maret




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline