Keturunan Javanese atau Jawa kini makin betah tinggal di sebuah Kampung Terapung di perairan Thailand.
Menurut sejarahnya, sekitar dua abad lalu, tiga keluarga nelayan keturunan Javanese mendirikan sebuah desa terapung di perairan Thailand.
Kini, kampung tersebut dikenal sebagai Koh Panyee dan dihuni oleh lebih dari 1.680 penduduk, mayoritas beragama Islam.
Kampung terapung ini terletak di Provinsi Phang Nga, Koh Panyee berada di Laut Andaman, tersembunyi dalam teluk yang dikelilingi tebing kapur setinggi 20 meter.
Meski tidak memiliki alamat resmi di dalam peta internasional, lokasinya cukup strategis dan mudah diakses para wisatawan.
Awalnya, kampung ini dibangun untuk menghindari hukum Thailand yang melarang kepemilikan tanah oleh orang asing.
Para pendiri mengibarkan bendera di puncak bukit sebagai simbol kekuasaan dan undangan bagi nelayan lain untuk bergabung.
Nama Koh Panyee sendiri berarti "Pulau Bendera" dalam bahasa Thailand. Koh Panyee kini menjadi simbol adaptasi budaya dan kreativitas.
Meski mayoritas penduduknya keturunan Javanese, pengaruh budaya Melayu, Aceh, dan Thailand sangat terasa.
Bahasa yang digunakan di kampung terapung Thailand ini pun beragam, tetapi umumnya mereka menggunakan bahasa Melayu, Thai, hingga Inggris.