Istilah relapse kini banyak digunakan di kalangan pengguna media sosial, terutama Gen Z, dengan konteks khusus dan penekanan makna yang sedikit bergeser dari biasanya.
Melalui tren "relapse phase," Gen Z memanfaatkan media sosial sebagai tempat sharing, mencari ketenangan, hingga mendapatkan validasi untuk mengungkapkan perasaan mereka.
Yaitu dengan membagikan momen-momen tentang relapse phase, mulai dari konteks percintaan hingga pornografi dan lain sebagainya. Namun umumnya berkaitan dengan "life after break up"
Asal Usul Istilah Kata Relapse
Berdasarkan struktur katanya, Relapse berasal dari bahasa Inggris, yang dapat dipecah menjadi dua kata, yaitu "re" yang berarti kembali dan "lapse" yang berarti jatuh atau kemunduran.
Menurut kamus Cambridge, relapse merupakan tindakan berhenti menjaga penampilan, perilaku, atau kualitas yang baik, sehingga kembali ke tingkatan yang lebih buruk atau lebih rendah.
Hal ini, selaras dengan maknanya dalam KBBI (Kamus Bahasa Indonesia), Relapse diartikan sebagai kekambuhan atau kembali jatuh ke dalam keadaan atau perilaku negatif. Atau istilah sederhananya kambuh.
Oleh karenanya, kata relapse ini memiliki makna yang beragam tergantung konteksnya, tetapi dulu lebih identik dengan dunia kesehatan. Seperti halnya kemunculan gejala penyakit setelah melalui periode pemulihan atau remisi.
Bahkan relapse lebih sering digunakan untuk para pecandu narkoba yang tobat sambel, alias ketergantungan kembali setelah mengalami masa rehabilitasi.
Dilansir dari laman BNN, Kambuh atau Relapse merupakan terjadinya kembali pola lama penyalahgunaan (adiksi) dimana pemakaian narkoba berlangsung kembali secara rutin.