Emoticon. Terlepas dari definisi emoticon itu sendiri, kali pertama mengenal kata ini, terpikirkan oleh saya kata ini terbentuk dari kata "emotion" dan "icon". Saat itu saya terjemahkan ala saya menjadi icon yang bisa mewakili emosi yang hendak diungkapkan. Dari situ, barulah satu persatu saya mengenal lambang-lambang dari emosi yang bisa terbentuk.
Seperti yang kita ketahui, emoticon secara garis besar dikenal sebagai emoticon bergaya barat atau western style dan bergaya Jepang. Perkembangannya bahkan tidak hanya mewakili emosi yang hendak ditunjukkan dan bahasa-bahasa tubuh yang lainnya, melainkan juga bentukan-bentukan lain yang bisa dibuat menyerupai, seperti bentukan binatang kucing misalnya.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, pemanfaatan emoticon pun semakin luas. Keberadaannya juga memeriahkan percakapan dunia maya dalam bahasa verbal, tentunya sesuai dengan fungsi utamanya sebagai pengungkap emosi. Bahkan berawal dari karakter emoticon ini, terciptalah karakter-karakter baru yang mewakili beberapa emoticon sebagai sarana percakapan. Mendapatkan sarana yang pas, penggunaan emoticon dan karakter-karakter baru ini lazim digunakan dalam percakapan secara umum, ataupun percakapan secara khusus menggunakan emoticon dan karakter-karakter baru tersebut.
Sehubungan dengan penggunaan emoticon dalam bahasa tulisan, tadi pagi saya teringat oleh sebuah pesan singkat yang dikirim oleh salah satu sahabat saya via Facebook. Dia mengatakan, sejauh yang dia amati, pada hampir semua bahasa tulisan yang saya gunakan selalu menggunakan emoticon. Sejenak akhirnya saya turut mengamati... hey, ternyata memang demikian. Saya kembali berpikir mengapa demikian. Akhirnya saya temukan alasannya. Saya menggunakan emoticon secara umum memang sesuai dengan fungsi dari emoticon itu sendiri. Selebihnya, saya ingin menekankan respon yang saya ungkapkan dari bahasa tulisan saya untuk membedakan apakah saya hendak mengungkapkan sesuatu yang positif atau sewajarnya, mungkin ini secara khusus buat saya pribadi.
Saya memiliki kebiasaan menambahkan emoticon "tersenyum" untuk hampir semua respon yang saya berikan dalam bahasa tulisan, terutama saat berinteraksi dalam bahasa percakapan online. Emoticon tersenyum saya berikan sebagai penanda bahasa tubuh yang mewakili dalam bahasa tulisan layaknya senyuman dari bahasa tubuh kita dalam bahasa verbal. Mungkin lebih mudahnya mewakili bahasa tubuh kita yang netral, tidak cemberut or gembira yang terlalu berlebihan.
Sebaliknya, penghilangan emoticon "tersenyum" secara khusus bagi saya sering saya gunakan sebagai penanda saya kurang berkenan terhadap percakapan atau kalimat percakapan tertentu. Dan juga biasa saya hilangkan emoticon "tersenyum" sebagai penanda ungkapan bahasa tulisan ketika marah. Hal tersebut berguna manakala saya susah memutuskan menggunakan kata-kata tertentu untuk mengungkapkan marah pada bahasa tulisan, jadi bahasa tulisan cukup seperti biasa namun tidak ditambahkan emoticon "tersenyum".
Pada akhirnya, penggunaan emoticon diluar fungsinya memang bergantung dari masing-masing penggunanya, dan mungkin juga bergantung dari kepribadian masing-masing pengguna. Meskipun demikian, tak jarang penggunaan emoticon pun belum bisa mewakili apa yang dimaksudkan dari si penggunanya secara sempurna. Dalam artian, masih menyisakan perbedaan penerimaan. Bagaimanapun juga, komunikasi secara langsung memang memiliki kelebihan tersendiri, selain dari bahasa yang digunakan, pilihan kata, intonasi dan bahasa tubuh dari masing-masing penggunanya akan terasa lebih komunikatif.
Oh ya, secara khusus bagi saya selaku pecinta kucing, emoticon ini sangat membantu dan kerap kali saya gunakan.
[caption id="attachment_316077" align="aligncenter" width="300" caption="www.raidz3ro.com"][/caption]
Saya akan senang sekali apabila ada dari sahabat Kompasioner yang berkenan menambahkan pengalaman atau pemahamannya mengenai emoticon. Arigatou :-) _/_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H