Lihat ke Halaman Asli

Gitasa Miku

Murid SMA Dian Harapan

Asyiknya Berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Diperbarui: 31 Maret 2019   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berfoto sebelah teks Proklamasi (dok. pribadi)

Pada tanggal 23 Mei 2019, saya berkesempatan mengunjungi museum perumusan naskah proklamasi yang bertempat di Jakarta Pusat bersama teman-teman. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, bangunan putih besar menyapa kedatangan kami. Arsitektur museum tersebut cukup unik, tidak seperti bangunan pada umumnya, bangunan tampak sangat mencolok dengan cat-cat kontras pada jendela, lokasi tersebut sangatlah menarik untuk berfoto-foto.

Museum memiliki pintu-pintu dan jendela-jendela yang lebih besar daripada umumnya, tampak jelas bahwa museum tersebut adalah bangunan yang sangat tua, hal tersebut membuatku terheran atas sejarah dari bangunan bersejarah tersebut.

Bedasarkan informasi yang saya dapatkan dari museum tersebut, gedung tersebut didirikan sekitar tahun 1920-an oleh arsitek Belanda J.F.L Blankenberg. Model arsitektur peninggalan Belanda dapat terlihat jelas karena memiliki gaya arsitektur Eropa (Art Deco). Bangunan tersebut cukup luas dengan luas bangunan 1.138,10 m2. Pada tahun 1931, bangunan ini adalah milik PT. Asuransi Jiwasraya. Saat terjadi Perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang menduduki Indonesia.

Pada masa Pendudukan Jepang setelah Pendudukan Belanda, gedung ini sempat menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai Sekutu mendarat di Indonesia.

Pada September 1945, bangunan ini dialihfungsikan dalam aksi nasionalisasi terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan kepada Departemen Keuangan dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya.

Pada 1961, gedung ini dikontrak oleh kedutaan Inggris sampai dengan 1981 menjadi markas tentara Inggris. Selanjutnya pada 1981, gedung ini diterima oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 28 Desember 1981. Pada 1982, gedung ini menjadi perkantoran para karyawan Perpustakaan Nasional.

Gedung ini merupakan gedung yang sangat penting karena pada 16-17 Agustus terjadi peristiwa bersejarah pada gedung tersebut, yaitu perumusan naskah proklamasi. Mengingat peran pentingnya dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia, berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, gedung yang pernah menjadi tempat tinggal Laksamana Maeda ini dijadikan museum wariwan peninggalan sejarah. Museum itu diberi nama Museum Perumusan Naskah Proklamasi pada 1984.

Apakah daya tarik dari museum tersebut? Jika anda belum pernah berkunjung ke museum tersebut, mungkin anda menanyakan hal tersebut. Daya tarik utama dari museum ini sudah pasti benda-benda bersejarah peninggalan dari proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan.

Semua benda dan barang yang bersejarah tersebut benar-benar asli sehingga Anda bisa melihat sendiri di sana. Bukan hanya melihat-lihat saja, tetapi juga membaca dan mendapatkan pengetahuan perihal proses perumusan naskah proklamasi dari pertama hingga teks proklamasinya dibacakan oleh Ir. Soekarno. .

Museum Perumusan Naskah Proklamasi merupakan museum sejarah yang didalamnya menceritakan mengenai detik-detik sejarah peristiwa perumusan naskah proklamasi yang dihadiri oleh para tokoh yang turut terlibat dalam peristiwa tersebut.  Kehadiran para tokoh bukanlah suatu kejadian yang kebetulan, terdapat proses panjang yang menjadikan para tokoh tersebut dapat berkumpul dalam suatu peristiwa maha penting dalam terbentuknya Negara dan Bangsa Indonesia.

Tokoh-tokoh yang telah dipertemukan dalam peristiwa perumusan naskah proklamasi 16 Agustus 1945 adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Dr. Mohammad Amir, Dr. Boentaran Martoatmodjo, Mr. I Goesti Ketut Poedja, Mr. A Abbas, Mr. Iwa Kusumasumantri, Mr. Johanes Latoeharhary, Samaun Bakry, Mr. Teukoe Moehammad Hasan, Ki Hajar Dewantara, R. Oto Iskandar di Nata, Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, Mr. Soetardjo Kartohadikusumo, Prof. Dr. Mt. R. Soepomo, R. Soekarjo Wirjopranoto, Dr. G.S.S.J. Wirjopranoto, Dr.G.S.S.J. Ratulangi, Burhanuddin Moehammad Diah, Sukarni, Chaerul Shaleh, Sayuti Melik, Anang Abdoel Hamidhan, Ki Bagoes Hadikusumo, Andi Pangerang, Abikoesono Tjokrosoejoso, Dr. Samsi Sastrowidagdo, dan Soediro.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline