Indonesia sebagai negara multikultur tentu saja memiliki beraneka ragam adat istiadat. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing, mulai dari suku bangsa, bahasa daerah, pakaian adat, makanan khas, upacara adat, dan termasuk pula kain tradisional. Salah satu contohnya adalah kain ulos yang menjadi kebanggan masyarakat suku Batak yang mendiami daerah Sumatera Utara.
Kain ulos yang merupakan kain tenun tradisional yang dibuat oleh wanita Batak. Kain ulos sangat penting bagi masyarakat suku Batak karena setiap upacara adat di suku Batak baik itu upacara pernikahan, upacara kematian, tujuh bulanan, pemberian nama anak bahkan memasuki rumah baru, masyarakat suku Batak selalu mengenakan kain ulos.
Mengingat pentingnya peran kain ulos bagi masyarakat suku Batak, ternyata pada awalnya kain ulos digunakan oleh nenek moyang masyarakat suku Batak untuk menghangatkan tubuh mereka karena tinggal di daerah pegunungan. Dari sanalah kain ulos menjadi simbol kehangatan masyarakat suku Batak. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan menggunakan kain ulos yang terus diturunkan
dari generasi ke generasi membuat pergeseran makna dimana kain ulos tidak lagi hanya berfungsi sebagai penghangat tubuh semata, namun kain ulos sudah dimasukkan kedalam bagian budaya adat istiadat dan juga menjadi simbol dari masyarakat suku Batak
yang melambangkan ikatan kasih sayang antara satu orang dengan orang lainnya. Itu mengapa dalam setiap upacara adat, masyarakat suku Batak selalu mengenakan kain ulos. Bahkan dalam salah satu budaya masyarakat suku Batak, terdapat adat "Mangulosi" yaitu pemberian ulos dari orangtua kepada anak-anaknya sebagai bentuk restu dan kasih sayang.
Setiap kain ulos memiliki desain yang berbeda-beda, hal ini karena desain dalam kain ulos tersebut berfungsi sebagai perantara bagi setiap marga suku Batak untuk mengenal leluhurnya, dan perbedaan desain kain ulos di setiap suku di rumpun Batak menjadi identitas dari masing-masing marga. Jadi dengan hal ini generasi suku Batak akan mudah mengenal dan melestarikan kain ulos.
Perubahan fungsi penggunaan kain ulos yang tadinya hanya digunakan sebagai kain untuk menghangatkan tubuh menjadi kain yang wajib dipakai ketika menghadiri upacara adat bahkan sudah dianggap menjadi benda sakral dan bagian dari adat istiadat masyarakat suku Batak itu sendiri, dianalisdapatis melalui perspektif Bourdieu. Dalam perspektif ini memiliki beberapa konsep kunci yaitu habitus, ranah dan modal.
Secara singkat, habitus adalah rangkaian peristiwa yang menjelaskan bagaimana perilaku sosial terbentuk dan menjadi kebiasaan sehari-hari, kemudian ranah adalah lingkungan di mana interaksi antar individu terjadi, dan ranah terkait dengan habitus karena ranah adalah lingkungan di mana individu menentukan perilakunya,
sementara modal merupakan aset yang dimiliki individu dalam lingkungan sosialnya dan digunakan untuk menentukan tempatnya dalam suatu ranah (Sari, 2021).
Penggunaan kain ulos dalam setiap upacara adat merupakan bentuk pelestarian produk budaya suku Batak. Bermula dari kebiasaan sehari-hari nenek moyang suku Batak yang menggunakan kain ulos untuk menghangatkan tubuh mereka dan kini menjadi simbol dan identitas dari masyarakat suku Batak. Ranah disini adalah seluruh wilayah Sumatera Utara, dan mencakup semua kalangan di masyarakat suku Batak.