Laki-laki berwajah mirip Richard Gere itu menatapku dengan sorot mata redup, matanya berkaca-kaca . Dia berusaha menahan agar butiran bening air matanya tidak jatuh. Aku segera mengalihkan pembicaraan dan berdiri pura-pura mengambil sesuatu di kulkas. Kuulurkan es krim vanila campur banana dihadapan nya, berharap agar es krim bisa meredamkan sedikit kesedihannya.
Umurnya 43 tahun , 2 tahun lebih muda dariku. Atraktif dan menarik, itu penilainku. Tetapi nasib nya tak seatraktif penampilannya. Dia tamuku, sebut saja nama keluarganya Ülrich.
Telah 2 malam ülrich menginap dan besok dia harus pulang ke Dusseldorf dengan menyetir mobil sendiri. Dusseldorf - Magdeburg busa ditempuh dengan mobil kira-kira 4 jam perjalanan, kalau aku mungkin lebih memilih naik kereta api dari pada menyetir sendiri. Disamping capai terbayang juga dag dug dihati melewati Autobahn . Rasa keder melihat laju kecepatan pengendara lainnya tanpa batas di Autobahn sering mengurung kan niat membawa mobil sendiri. Bagiku berkereta lebih aman untuk perjalanan lintas kota. Tetapi untuk orang Jerman membawa mobil sendiri mungkin lebih ekonomis dan tidak membuang waktu percuma.
Kedatangannya ke Magdeburg untuk beremu anak nya Nancy Ülrich yang berumur 9 tahun. Telah 5 bulan dia tidak melihat anaknya semenjak mantan istrinya pindah dari Dussedorf ke Magdeburg tanah kelahiran nya. Ada kecenderungan mantan istrinya sengaja ingin menutup akses supaya Ülrich tidak bisa bertemu anaknya. Untuk itulah sejak 5 bulan lalu dirinya berusaha melacak jejak mantan istrinya dan baru beberapa waktu yang lalu di ketahui nya mantan istrinya pindah ke Magdeburg .
"Ex ku nenghalangiku untuk bertemu Nancy, dia mengganti telpon, pindah alamat dan terakhir ini pindah kota, aku tak tahu lagi harus bagaimana menghadapinya."
"Stop saja mengirim uang untuk maintenance Anakmu Ülrich, aku yakin ex mu bakalan complain ke court kalau kamu stop mendebit biaya tunjangan anak, setelah itu kamu juga bisa complain ke court kalau akses ke anak selalu dihalangi."
Itu saranku ke Ülrich malam itu dimeja makan. Suamiku hanya diam seperti biasa menganggung-angguk entah setuju atau menyangkal. Akupun tidak tahu jalan pikirannya kalau lalu diam.
"Aku tidak punya ke berani an untuk itu , kamu tahu nggak di Jerman Perempuannya sangat kuat kemauannya dan Pemerintah sangat-sangat melindungi perempuannya dan anak-anak". Kata Ülrich lebih lanjut.
" Ich weiss , I know ...tapi cobalah saranku itu siapa tahu kalian mendapatkan kesepakatan baru lagi dengan mu bisa akses anakmu lebih mudah lagi, karena mantan mu telah bertindak secara tidak adil begitu".
Ülrich hanya bisa menghela napas, matanya berkaca-kaca. Laki-laki Jerman gede-gede badannya tetapi sangat sentimental dan halus perasaannya.
"Aku juga tidak bisa mengakses anakku dulu lama sekali sejak kami bercerai. Sejak Sabrina berusia tiga tahun sampai sekarang sudah dewasa, tak satu kalipun aku bertemu anakku sampai sekarang, tetapi ya uang tunjangan jalan terus didebit otomatik dari rekeningku sampai Sabrina berusia 18 tahun." timpal Si Stephan suamiku tiba- tiba dia angkat suara.