Lihat ke Halaman Asli

Gitanyali Ratitia

TERVERIFIKASI

Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

Laki-Laki Pengagum Nietzsche Itu...

Diperbarui: 13 Oktober 2015   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://dingeengoete.blogspot.de/2013/10/this-day-in-history-oct-15-1844-german.html"][/caption]

Tubuhnya kurus kering , kaosnya bolong-bolong lusuh , kumal dan bau. Dia duduk terdiam di pojokan kursi Kopitiam. Tangannya asik melinting rokok biri rokok murah dari India yang bau apek dan menyesakkan . Di depannya ada kopi o kosong hitam pekat ala Singapura. Tersenyum-senyum sendiri sambil jari-jarinya menjentikkan api rokok ke asbak di depannya. Kadang dia menarik napasnya panjang.panjang dan tersenyum lagi. Entah senyum kepada siapa. Berkali-kali dia mengguman sendiri .

God is dead...., God is dead....., God is dead..... I cannot believe in a God who wants to be praised all the time. 

Nietzsche Nietzsche Nietzsche.

„Hey kamu iya kamu , kenapa asik sendirian di pojok sana?. Lihat lalu lalang orang-orang di sekitarmu. Di Kopitiam ini kamu bisa tua menjamur loh tanpa perduli apa-apa“.

 

Ya umurnya paling sekitar 47 tahun tapi rambutnya sudah putih semua. Ngenes melihat matanya yang dulu bulat bersinar meloncat-loncat kalau sedang omong bak Mr Habibie. Sekarang mata bulat itu sudah layu, kering dan lapuk.

 

„Mengapa kamu bengong sendirian disitu?. „

„Mana buku filsafat mu ya?

 

Oh kamu telah meninggalkan John Locke si “Father of Liberalism,” yang telah mengajarimu prinsip tentang humanism dan individual freedom.

 

„Bukankah kamu sekarang telah mencapai individual freedom itu?“

„lihatlah kamu sendirian duduk disana setiap hari 3 atau 4 kali sehari , senyum-senyum sendiri , melinting udud murah dan kopi o kosong, anak binimu pergi meninggalkanmu. Individual freedoom ?

Ya hey kamu? Belum bangunkah dirimu?. Kamu memang setan , setan tengik ku.

Orang-orang bekerja dari jam 9 pagi sampai 7 malam , membayar pajak , membayar denda ke Pemerintah tetapi lihatlah kamu asik melinting ududmu. Itukah Individual freedom mu?

 

*******

Dulu kamu mngajariku tentang filosofi , bah apa itu? Aku terbelalak waktu kau menyuruhku melahap habis bukumu. Bagaimana mungkin aku bisa mengikuti jalan pikiranmu setan tengik. Aku hanya prempuan marjinal dari kampung tak berpendidikan.

„Bisa, cobalah pelan-pelan , dengan membaca kamu bisa menaklukan dunia“

Maka kulahap buku Confucius , Plato dan Avicena , aku terkial-kial tak karuan. Membacanya membuat aku kadang menangis, murung , sedih , tertawa terbahak-bahak kadang tergelak-gelak dan terkencing-kencing . Sungguh kerdil aku. Bagaimana mereka bisa menuliskan semua itu ratusan tahun lalu , bagaimana otak mereka menelurkan gagasan seperti itu?.

Aku menyerah kalah , maafkan aku . Aku hanya mau menjadi perempuan marjinal. Aku mau ngemong anak-anaku saja . Lihat saja Confucius menulis ini ratusan tahun lalu:

“What one does not wish for oneself, one ought not to do to anyone else; what one recognizes as desirable for oneself, one ought to be willing to grant to others.”

Apa maknanya setan tengik? Aku tak tahu.

Aku mau lari saja dari kenyataan itu. Kutinggal saja dirimu sepi di pojok akopitiam itu lagi. Aku ingin ke Jerman , ke negeri dimana orang-orang tidak akan menilaiku , ke negri dimana hak kita sama dan diakui , ke negri dimana aku tidak akan dicemoh hanya karena aku beda. Di negri dimana mereka menghormatiku karena kemampuanku bukan karena tampangku. Bah aku bosan itu disini!

You have your way. I have my way. As for the right way, the correct way, and the only way, it does not exist.

Dulu kau mencintaiku sepenuh hatimu , sampai suatu saat kau mencampakanku di sudut gelap ruangan itu , apakah Nietzsche mengajarkan kepadamu?.

There is always some madness in love. But there is also always some reason in madness.

Ok kalau begitu , aku paham itu. Jangan pernah mengkhinatai prinsipmu .

**********

„Sampaikan salamku pada Nietzsche , dia ulang tahun pada 15 October , datanglah ke rumahnya di Röcken,  jangan lupa kirim seikat mawar katakan padanya dari pengangum beratnya di negeri Tumasek. „

„Berjanjilah sebelum aku mati karena kebanyakan biri“

„Baiklah aku janji , akan kusampaikan salammu untuknya di peristirahatnnya yang terakhir di Röcken“ .

„Jangan mati dulu sebelum kusampaikan salammu pada Nietzsche, akan kubawakan sebongkah tanah kering dari Röcken untukmu“

 

Itu dulu hampir 13 tahun lalu. Laki-laki kurus compang-camping itu tersenyum-senyum lagi sendirian , dia ingat masa-masa itu. Ah maafkan aku telah menyia-nyiakanmu, tetapi tidakkah kamu bahagia sekarang dekat dengan kekasihmu?.

Magdeburg 13 Oktober 2015

 

 

 

Catatan :

Friedrich Nietzsche/Quotes :

You have your way. I have my way. As for the right way, the correct way, and the only way, it does not exist.

There is always some madness in love. But there is also always some reason in madness.

I cannot believe in a God who wants to be praised all the time.

God is dead

Confucius Quote :

“What one does not wish for oneself, one ought not to do to anyone else; what one recognizes as desirable for oneself, one ought to be willing to grant to others.”

 

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline