Lihat ke Halaman Asli

Gitanyali Ratitia

TERVERIFIKASI

Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

Teruknya Renovasi Rumah & Sertifikat Bebas Bom di Jerman Timur

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Si kecil pulang sekolah mewek-mewek . Di dalam mobil raut wajahnya cemberut air matanya jatuh satu persatu. Mulutnya mecucu tanpa senyum , saya memperhatikan dari kaca spion sambil komat-kamit , saya pikir kena demit apa ini mewek-mewek pulang sekolah tidak seperti biasanya cerah ceria. Dalam hati terpikir temannya menjahili. Sampai di depan pintu rumah , dia turun sambil membanting pintu mobil keras-keras. Walah blaik batin saya!

Sengaja saya biarkan dia mewek-mewek sampai berhenti sendiri biar dia yang bercerita daripada saya bertanya malah dianya tambah mecucu saja.

Akhirnya dia mendekat , katanya dengan nada masih melas “ aku mau kamarku sendiri sekarang juga ! Sabtu besok aku mau mengundang temanku si Alex main Star Wars sama-sama!, mana kamarku katanya sambil berteriak dalam Bahasa Jerman dan Inggris! Anakku ini tahu mamanya bodoh sekali ber- bahasa Jerman sampai ber teriakpun dia memakai dua bahasa ....hahahhaha

Oalah bocahku kasihan sekali…

Begini ceritanya, memang kami sementara ini hanya mempunyai satu kamar tidur besar , rumah kami kecil walaupun kebun dan tanah luas, berhubung dulu suami sendirian saja dirumah ini makanya waktu itu dia tidak sempat memikirkan membangun kamar atau ruangan lagi untuk apa? Wong dia sendirian tinggal disini bertahun-tahun.

Tetapi dua tahun lalu setelah Saya dan sikecil pindah dari Singapore  kita berencana membangun 3 buah kamar lagi di lantai bawah, satu untuk si kecil , satu untuk kamar saya melukis dan satunya untuk kamar tamu,  tetapi apakah semudah itu membangun rumah di Jerman? Ternyata panjang sekali kronologinya….sebab itu anak saya mencak-mencak hari ini karena dia menuntut haknya yaitu sebuah kamar! Saya memahami karena saya sendiri menginginkan kamar pribadi untuk diri sendiri juga, tapi apa daya di kota ini ijin membangun rumah bisa membikin kita pusing kepala saking banyaknya birokrasi yang bermain di dalamnya.

Pertama-tama kami harus mencari Kontraktor dan arsitek, beruntung kami mendapatkan Kontraktor yang cukup ternama karena mereka bisa menguruskan segalanya. Dari ijin membangun, jasa Arsitek  sampai semua ijin-ijinya. Menghubungi kontraktorpun mesti memakai termin atau temu janji . Saya baru tahu dan ngeh walaupun kita pelanggan kita sendiri yang harus aktif mendorong-dorong ke mereka, dalam hati saya berpikir apakah mereka tidak mau duit? Wong pelanggan sudah di depan mata kok tidak dibaik-baikin malah disuruh datang lagi 2 minggu lagi karena sales yang menangani masalah ini sedang liburan !kok mereka tidak takut terlepas pelanggan ya? Apa tidak ada orang lain yang menggantikan?

Saya yang sudah biasa berkecimpug di dunia buying and selling jadi tertawa nyengir, sebel dan berpikir ilmu Marketing tidak terpakai di sini . Dan anehnya lagi suami  kok mau saja disuruh nunggu 2 minggu, Ya Tuhan….apakah kita tidak bisa mencari kontraktor lain lagi kata saya? . Nein! katanya…kita sudah bicara dengan kontraktor ini dan mereka akan menghubungi kita 2 Minggu lagi, ya sudah kata saya….Dimana bumi dipijak disitu langit di junjung! Tidak semua pembeli adalah raja di Jerman….

Benar 2 Minggu kedepan mereka mengubungi pertelepon dan bikin janji lagi , ternyata mesti bikin Termin ( temu janji ) lagi  yang katanya seminggu kemudian baru datang menjenguk rumah kita. Mak jeglek batin saya….jadi hanya untuk melihat kondisi rumah mesti menunggu 3 minggu !

Mbak ini khan Made in Jerman kata teman saya gitu loh…bukan Made in Indonesia atau Made in Singapore yang bisa membangun Garden by Bay kayak sulapan!  Ya sudah saya sabar lagi karena orang sabar disayang Tuhan. Benar juga seminggu kemudian Sales itu datang sambil ngukur sana sini , keluar masuk rumah dan kebun. Katanya 2 minggu lagi dia akan datang dengan Arsiteknya untuk lebih detail mengukur-ukur lagi. Huh kata saya jadi dia datang itu buat apa mengukur-ukur. Begitulah akhirnya berulang-ulang seperti itu sampai akhirnya 3 bulan baru selesai mereka memberikan gambar beserta perincian harganya, itu baru gb denahnya saja belum gb sesungguhnya sudah 3 bulan belum lagi ijin membangun ke Kantor Pemerintah. Akhirnya karena kita tidak mendapatkan kesepakatn harga  yang pas , mereka memberikan harga terlalu mahal diatas rata-rata. Akirnya kita memutuskan mencari kontraktor lagi dan kali ini saya agak marah pada Suami karena tidak menurut apa yg kubilang untuk mencari Kontraktor sebanyak-banyaknya sebelumnya! …

Akhirnya kita mendapatkan kontraktor lain , ini atas rekomendasi teman dengan kontraktor ini teman saya mengatakan kepada mereka kalau kita mempunyai budget tersendiri . Jadi kalau nilai pembangunanya lebih dari budget kami tidak akan mau. Dan mereka setuju. Akhirnya prosesnya berulang-ulang sama dengan yang pertama kira-kira 4 bulan semua gambar rumah dan rincian biayanya baru keluar. Tapi jangan dikira semu berjalan lancar-lancar saja, tidak juga! Ada yang bikin saya gemas, sang Arsitek yang bekerja freelance dengan kontraktor  ini adalah Seorang nenek berumur sekitar 60 tahunan dulu mempunyai kantor arsitek tetapi bangkrut ,walaupun begitu dia masih aktif mengemudi mobil sendiri dan gesit. Rancangannya pun bagus. Pernah bikin temu janji datang kerumah dibatalin sampai 2 kali, akhirnya saya beranikan diri bertanya kenapa? Ternyata mobil tuanya rusak dijalan, janji yang ke dua batal karena mesti ngemong cucunya karena lagi demam dan tidak boleh di taruh di penitipan anak.

Janji yang ke 3 hampir juga batal, gara-gara cucu juga, akhirnya saya bilang bawa saja cucunya tidak apa-apa, Oh boleh katanya? kein problem kata saya!

Waktu nenek Arsitek ini datang saya sengaja menawari lumpia goreng panas-panas baru keluar dari wajan, saya baiki-baikin dengan harapan dia menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Dan ternyata berhasil…nenek Arsitek malah minta di bungkuskan Lumpianya dibawa pulang ke rumah .

Setelah semuanya selesai semua dokumen mesti di submit ke Bauamt atau kantor yang mengurusi perijinan pembangunan, itu semua memakan waktu 4 bulanan menunggu proses ijin keluar dari Bauamt. Jadi total sudah kira-kira 11 bulan atau hampir setahun dari kontraktor pertama sampai kontraktor ke dua terus submit ke Bauamt nya. Kemudian apesnya lagi walaupun semua ijin sudah keluar ternyata ada lagi satu UU yang baru saja dibikin Pemerintah daerah yaitu UU tentang Bom. Seperti diketahui kota kami Magdeburg adalah kota yang hancur di bom tentara sekutu jaman perang dulunya, 80% kota hancur karena bom sekutu. Dan seperti posting saya terdahulu di : http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/10/25/17-ribu-penduduk-magdeburg-di-evakuasi-gara-gara-bom-amerika-602048.html

Setelah peristiwa diketemukan Bom tersebut semua ijin pembangunan mesti mempunyai surat ijin  / sertifikat bebas Bom .

Dan ijin untuk mengecek bom di rumah kami sudah di submit sejak January 2014  ternyata sampai sekarang hampir 3bulan kami masih belum mendapatkan serifikatnya. Bayangkan saja aneh bukan? Dengan agak dongkol saya ke kantor Polisi dan menyakan kenapa sertifikat bom kami belum jadi? Sedangkan semua ijin renovasi sudah keluar. ( benar kantor Polisi yang harus merekomendasikan surat bebas bom ini ) .

Dengan alasan yang menurut saya tidak masuk akal Officernya menjelaskan panjang lebar, saya hanya bisa dongkol saja karena keterbatasan bahasa jerman saya untung suami berperan sebagai penterjemah. Intinya mereka akan menulis surat ke kami dan membikin temu janji untuk mengirim pegawainya ke rumah kami dengan membawa metal detektor, kemudian kalau tidak dijumpai bom mereka baru bisa merilis sertifikat bom tersebut.  Jadi saya paham mungkin surat yg telah kami submit bulan  January lalu itu di tumpuk saja di bawah tidak diapa-apakan ! coba kalau kami tidak samperin bakalan tidak diapa-apakan dokumen kita sampai tahunan.

Baru kemarin kami mendapatkan surat dari kepolisin ini , dan akhirnya memang kami mesti membikin Temu janji kapan mereka bisa mengirimkan tim penjinak bom ke rumah kami itupun kalau ada bom nya, jadi bisa dibayangkan bukan kenapa anak saya yang baru berumur 6tahun setengah pun bisa galau ! tapi sampai detik tulisan ini saya buat tidak ada seorangpun yang free katanya untuk diutus ke rumah saya mencari-cari si Bom itu, lalu kapan ? kata mereka silahkan menunggu sampai kami mengutus orang ke rumah anda. Bayangkan bagaimana rasa frustasi kami bukan?.

Kalau anda sudah biasa hidup cepat dan efisien, anda bisa dibikin jantungan disini saking sebelnya menunggu dan menunggu. Ternyata belang-belangnya sistem di Jerman sudah saya rasakan  selama setahun belakangan ini„sangat teruk“! Atau bahasa melayunya ….Teruknya!

Harapan kami sih semoga tidak ada bom dan kami bisa hidup tenang dengan rumah yang lebih lapang, tentunya dengan kamar impian Star Wars nya anak saya. Doakan….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline