Lihat ke Halaman Asli

Gitanyali Ratitia

TERVERIFIKASI

Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

Ceritaku Tentang Tukang Becak dan Semangka

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1408747220466951588

[caption id="attachment_354672" align="alignnone" width="604" caption="Potret keluarga miskin dengan rumah diatas sungai."][/caption]

Umurku 9 tahun kata orang masih bau kencur, walaupun begitu aku banyak memikirkan keadaan sekelilingku, kenapa keluargaku ditimpa kemiskinan padahal orang-orang disekelilingku berkecupan?. Pak Sutedjo tetanggaku yang tentara rumahnya gedong magrong-magrong. Dia mempunyai mobil dan beberapa sepeda motor, anaknya cantik-cantik dan ganteng, semuanya sekolah di Sekolah Negri yang ternama. Ada juga Koh Liem pemilik warung makan Asem-Asem yang terkenal , Ada Cik Ana tetanggaku yang lain, dia seorang pengusaha makanan di pinggir jalan. Ada juga Pak Di pengusaha Roti. Hampir semua tetanggaku orang berkecukupan di Kota ini.

Sebagian kecil saja tetanggaku keadaannya sama dengan keluargaku. Tetapi yang paling menyedihkan hanya keluargaku. Aku masih duduk di kelas 3 SD swasta tak bernama, akupun biasa-biasa saja. Keluargaku memang miskin, rumah yang kami tempati adalah  rumah warisan simbahku yang sangat kecil dan berdesakan dengan  tetangga sebelah yang sama miskinnya. Aku bosan dengan kemiskinan itu. Karena aku tidak bisa membeli sesuatu yang selalu kujumpai tiap hari dijalan itu.

Kulewati rumah Pak Di juragan roti itu tiap hari, harum roti nya semerbak menusuk sanubari. Aku ingin mencicipinya tetapi Ibu bilang jangan beli roti, lebih baik uangnya kita belikan beras saja karena cukup untuk makan sekeluarga. Kalau membeli roti hanya cukup dimakan sekali. Ahhh aku mengguman dalam hati, hanya roti pun keluargaku tak mampu membeli?

Bagaimana dengan komputer? . Sering kulihat Mbak Yudhi anaknya  Pak Sutedjo selalu bermain dengan komputer di mejanya. Aku suka iseng main ke rumahnya dan melihat-lihat komputer itu , sepertinya asik sekali bermain games dengan komputer. Tetapi aku hanya bisa gigit jari!

Kulewati  jalan besar itu tiap hari pulang dan pergi sekolah. Ada barisan toko buah-buahan disana, ada Jeruk , Kiwi , Anggur , Apel,  Semangka dan lainnya. Tenggorokanku kering ingin mencicipi manisnya semangka dan apel yang terlihat segar-segar. Lagi-lagi aku ingat kata Ibu, jangan membeli sesuatu yang tidak penting, sedangkan membeli beras itu lebih penting dari segalanya menurut Ibu.

"Kalau kita tidak mempunyai beras, kamu dan adik-adikmu akan kelaparan sepanjang hari, sedangkan semangka , apel atau jeruk  tidak akan mengenyangkanmu nduk" begitu kata Ibu setiap kali aku merengek ingin membeli semangka atau jeruk di pinggir jalan itu. Apakah ibu tidak tahu buah-buahan  itu mengandung banyak vitamin? kenapa aku tidak boleh membelinya?. Aku semakin bingung dengan logika orang-orang dewasa.

Bapakku yang baru pulang menarik becak nampak letih sekali, wajahnya kuyu dan berpeluh. Kemudian Ibu memijit-mijit kaki bapak dengan minyak. Bapakku hanya memandangku dengan tatapan iba tanpa berkata apa-apa. Kuambilkan segelas air minum untuknya karena aku sayang bapakku.

Hari itu sepulang sekolah kulihat ada Semangka merah segar di atas meja. Aku heran sekali dimana asal semangka itu. Aku tidak percaya Ibu membelinya apalagi Bapakku. Ibu akan menggunakan uang belanjanya untuk membeli beras, tidak mungkin beliau membeli semangka! . Kalau Ibu nekat membeli semangka bagaimana dengan makan siang dan makan malam ku nanti dan 3 adik ku yang masih kecil?

"Makan semangka itu nduk..segar dan manis sekali, tadi sewaktu Bapakmu menunggu penumpang di depan toko buah itu, ada seorang Nyonya keluar dari dalam mobil  membeli semangka, tiba-tiba buah semangka itu terjatuh akhirnya semangka terbelah menjadi dua. Si Nyonya tidak mau mengambilnya, tetapi memberikannya kepada Bapakmu nduk"

Entahlah aku tidak tahu , kenapa Nyonya itu memberikan buah semangka jatuh ini ke bapakku. Yang kutahu rasa semangka ini segar dan manis sekali.

Magdeburg 23.08.2014 ( Untuk anak-anakku di Singapore )




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline