[caption id="attachment_357258" align="alignnone" width="700" caption="Hawanya memang dingin-dingin empuk di Berlin."][/caption]
Ku cepat-cepat membereskan baju olahraga ke tas ku dan menggantinya dengan baju santai. Kursus Wellnes intensif yang ku ikuti di Wittenbergplatz Berlin berlangsung selama 6 hari ini memang membuat tenagaku terkuras secara Fisik dan otak ku, belum lagi harus memahami teori-teori Manuelle Lymphdrainage yang bikin mumet , ditambah lagi teori Rudolf Breuss benar-benar aku mabok ( keduanya teori massage ) Kopi dua cangkir belum untuk memacu otakku bekerja lebih cepat hari ini . Kulirik jam menunjukkan pukul 4 lebih lima menit , langsung ku turun ke bawah kulihat teman-teman kursus ku ada Gengnya si Berat yaitu Raphael dari Hannover yang bertumbuh jumbo dan Dieter dari Munchen si ceking. Keduanya asik merokok di depan pintu keluar. Ku join mereka sebentar karena kulihat Yuni belum datang.
Oh ya Yuni adalah Kompasianer yang berdomisili di Berlin dengan suaminya, ini Profilnya di kompasiana http://www.kompasiana.com/Salju , menurut profilnya yang kubaca , " Lulusan Fakultas Sastra Rusia Universitas Padjadjaran thn.1994. - Karyawati di satu perusahaan di Jerman." Hmmmm menarik juga batinku ketemu orang yang tertarik belajar budaya dari negaranya Putin.
Aku suka baca tulisan Yuni karena bentuk tulisannya selalu mirip-mirip Reportase dan lengkap dengan data-datanya , kita kalau membaca tulisan Yuni seperti membaca sebuah koran lengkap dengan data-data , Lumayan kalau membaca tulisannya bisa tambah pengetahuan, coba saja!
Kuingat beberapa bulan yang lalu kami saling menyapa di inbox masing-masing. Well ada chemistry diantara kita mungkin , aku pikir orangnya renyah dan aku juga pernah di telepon Yuni 2 kali sampai berjam-jam dari Kotaku Mageburg.
Kulihat dirinya dari kejauhan dengan suaminya, ku lambaikan tanganku dan aku pamitan dengan gerombolan si berat yang mengajakku ngopi di kafe , kutolak dengan halus karena kita sudah rencana akan makan malam di Chinese Restaurant.
"Halo Gita"
"Halo Yuni, senang ketemu dengan kalian berdua " kataku.
"Ini Rudi , suamiku " Yuni mengenalkan suaminya.
Selanjutnya kami bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia , ternyata Rudi lancar sekali berbahasa Indonesia, bahkan aku yang suka berbicara cepat pun masih bisa diikutinya dengan baik. Dia asik memanggilku Mbak. Hahahhahaha untung bukan Mbaké.
"Panggil saja Gita atau nama kecil saya its ok" jawabku.