[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Curry dengan Terung Ungu hmmmm lecker!"][/caption]
Agustus tahun 2011 ada pertengkaran dan perselisihan antara dua tetangga berbeda etnis di Singapore. Keduanya sama -sama tinggal di apartemen yang sama hanya dibatasi tembok apartemen. Tetangga satu dari etnis India dan orang Singapore, tetangga satunya lagi dari etnis Chinese datang dari Mainland Tiongkok dan baru menetap di Singapore. Apa masalah perselisihan mereka? Ternyata sepele, yaitu si orang Chinese dari Tiongkok ini merasa terganggu dengan bau kari dari tetangga sebelah yang orang India-Singapore tersebut. Karena pertengkaran terus berlangsung maka si Chinese membawa masalah tersebut ke Government Mediator atau Community Mediation Centre (CMC).
Akhirnya oleh CMC diambil jalan tengahnya kalau si India-Singaporean hanya memasak curry kalau si Chinese Tiongkok tidak ada di rumah, dan si Tiongkok Chinese disuruh mencoba masakan curry biar tidak schock culture dan komplain lagi. Itulah jalan tengahnya menurut CMC. Nah gara-gara kasusnya dibuka oleh CMC, maka ributlah negara pulau yang kaya raya ini dengan ulah si Tiongkok. Sampai ada support group yang menamakan diri mereka “Cook and Share a Pot of Curry Day” di Facebook event yang di-support lebih kurang 61.000 orang!
Gara-gara masalah curry ini juga, sentimen orang-orang lokal terhadap orang asing terutama yang datang dari Tiongkok sangat tinggi. Bahkan ada beberapa kelompok group yang bermunculan menyuarakan keberatannya atas Policy Pemerintah yang terus menambah kuota orang asing terutama yang datang dari Tiongkok.
Seperti diketahui masakan curry untuk orang Singapore bukan lagi milik etnis orang India saja, tetapi curry sudah menjadi bagian dari kebanggaan, culture, jati diri dan makanan nasional mereka. Maka tidak heran kalau si Tiongkok ini bukan hanya di-bully di medsos tetapi hampir seluruh rakyat Singapore menyuruh mereka pulang ke negara asal mereka kalau sekiranya mereka hidup di Singapore tetapi tidak bisa menerima curry sebagai makanan nasional Singapore.
Tinggal lama di negeri yang miskin sumber daya alam tetapi kaya raya ini, perkenalan pertama saya menginjakkan kaki langsung disambut semangkok curry hangat-hangat, ngebul-ngebul! Saya bertanya kepada mereka, "Apa itu?" Dijawabnya, "Chicken curry." Saya terus terang heran karena keluarga ini Chinese Singaporean kok masak curry? Dari sana saya langsung tahu bahwa curry adalah makanan kebanggaan mereka. Tidak peduli etnis Chinese, Malay, Eurasian, atau India kalau mengundang acara makan-makan dan pesta pasti selalu ada curry. Apa pun pestanya tidak ramai kalau tidak ada curry! Nah bagi Anda yang berkunjung ke Singapore jangan pernah deh komplain tentang curry ok?
Walaupun versi curry-nya berbeda-beda untuk tiap etnis tetapi bumbu dasar akan selalu sama, karena biasanya kita hanya membeli bumbu curry bubuk yang banyak bertebaran di mana-mana. Perbedaan hanya terletak di hasil akhir saja, misalnya versi Indian tidak memakai santan tetapi memakai Tairu (Sour Milk), kentang dan tidak memakai sayuran, kalau versi Chinese memakai santan dan ada sayurannya, seperti terung ungu, kol dan kentang. Sedang versi Malay, kadang memakai santan kadang memakai tairu terserah yang memasak, malah kawan saya orang Melayu memakai keduanya, biasanya juga ditambahi kentang. Nah itu perbedaannya. Ada juga versi Nyonya Peranakan, nah yang ini sama dengan versi Chinese karena ada sayuran di akhir output-nya.
Saya pribadi menyukai curry Singapore, yang paling saya sukai tentu saja yang versi ada sayurannya karena saya menyukai sayur, kadang saya juga memasukkan tahu pong/tahu kulit. Nah bagi yang penasaran ini resepnya.
[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Dokumen Pribadi, selalu ada curry di meja makan."]
[/caption]
Basic Singapore Curry Powder
Bahan: Bumbu Curry untuk Daging / Vegetarian juga bisa