Lihat ke Halaman Asli

Glorifikasi Pekerjaan dan Jabatan, Ajang Mengais Validasi bagi Si Paling Berdasi

Diperbarui: 23 November 2023   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang dengan senyuman sombong dan pakaian berdasi. (Foto oleh nappy/pexels.com)

Banyak orang yang bilang, bahwa momen paling menyebalkan yang akan selalu datang setiap tahunnya adalah momen kumpul keluarga di saat liburan panjang Idul Fitri atau biasa saya menyebutnya libur Lebaran.

Selayaknya orang Indonesia yang tinggal dan bekerja di Indonesia, yang diberkahi dengan adanya momen libur Lebaran dan mudik lebaran. Tentu saya kerap kali memanfaatkan momen sekali dalam satu tahun ini untuk berkunjung ke rumah keluarga, biasanya kita akan ngumpul di satu rumah yang mana itu adalah rumah keluarga tertua di dalam silsilah keluarga kita.

Lho, bukankah itu berarti kumpul keluarga menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu sejak lama oleh banyak orang, karena dalam momen seperti inilah semua anggota keluarga yang lama tidak saling bertemu karena jarak dan kesibukan masing-masing akhirnya bisa berkumpul dan ngobrol satu sama lain?

Pada bagian "bertemu dan berkumpul"-nya, iya, saya setuju, tetapi pada bagian "ngobrol"-nya, nanti dulu. Mari kita dengarkan dulu apa yang biasanya mereka obrolkan saat berkumpul seperti ini.

Bagi saya yang hanya menjadi seorang penulis, ada pertanyaan-pertanyaan lain saat momen kumpul keluarga yang lebih menakutkan bagi saya selain pertanyaan-pertanyaan kapan nikah, kapan punya anak, atau kapan punya rumah.

Satu pertanyaan yang selalu membuat saya takut, atau mungkin lebih tepatnya membuat saya insecure, adalah pertanyaan "APA KESIBUKANMU SEKARANG?" Jika dalam sebuah forum obrolan keluarga saya mulai mendengar pertanyaan-pertanyaan semacam itu,

Lalu apa bedanya kumpul keluarga ini dengan reuni anak-anak SMA yang isinya hanya pamer pencapaian dan pekerjaan?

Lantas kenapa pertanyaan itu menakutkan bagi saya? 

Ya karena saya hanya seorang "penulis" di mata mereka. Di mata anggota-anggota keluarga saya yang mayoritas merupakan karyawan perusahaan-perusahaan swasta dan ASN, ya apalah artinya saya yang hanya seorang "penulis" ini.

Pekerjaan macam apa itu? Mana ada uangnya? Semua orang juga bisa kalau hanya menulis, begitu biasanya pikir mereka yang setiap harinya bangun subuh, pulang malam. Apa yang bisa dibanggakan dari seorang penulis, pikir orang-orang tua dengan wajah sinis mereka memandangi saya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Ya, itu benar-benar terjadi pada saya, bahkan orang pertama yang bisa dikatakan menganggap remeh pilihan "pekerjaan" saya ini adalah ibu saya sendiri. Tentu, saya mengerti jalan pikiran beliau yang tentunya memikirkan masa depan saya kelak jika saya terus bertahan dengan pekerjaan saya saat ini. Tetapi bagi saya, justru beliau secara tidak sadar sedang menunjukkan kepada saya bahwa di dunia ini mayoritas orang hidup dengan "glorifikasi pekerjaan" di dalam kepala mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline