Salak merupakan salah satu hasil pertanian masayarakat Desa Wonorejo, Kec. Bantur, Kab. Malang. Namun salak hanya dimanfaatkan bagian daging buahnya saja untuk dikonsumsi dan membuang bijinya menjadi sampah.
Padahal, biji salak yang terbuang ini dapat diolah kembali menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual.
Inilah yang akhirnya menginspirasi mahsiswa KKN 46 UMM yang dibimbing oleh Dra. Dewi Nurjannah, M.M untuk mengolah limbah biji salak menjadi bubuk kopi.
Sebelum proses pemanfaatan biji salak, mahasiswa KKN 46 UMM memberikan penyuluhan kopi biji salak terlebih dahulu pada hari Minggu (21/7/2019) di Balai Desa Wonorejo, Kec. Bantur, Kab.Malang. Penyuluhan ini berkelanjutan selama empat kali yaitu diadakan kembali pada hari Rabu (24/7/2019), Senin (29/7/2019) dan Selasa (6/8/2019) di salah satu rumah warga tempat berkumpulnya ibu-ibu PKK dan PKH. Tujuan dilakukan berulang agar tahap per tahap dapat dilakukan dan dipraktikan dengan benar.
Penyuluhan ini merupakan salah satu program kerja divisi Ekonomi untuk mengembangkan hasil sumber daya alam yang dapat menjadi ladang usaha unik dan menjual ditengah pesatnya penikmat makanan/minuman unik.
Materi diisi oleh Melinda Dwi Permatasari mahasiswa dari Ilmu dan Teknologi Pangan dan Firmansyah Adiputra Ekonomi Syariah Universitas Muhamadiyah. Kegiatan ini dihadiri oleh 51 warga dan organisasi desa yang meliputi Pemuda Gereja karena mayoritas beragama kristen serta ibu-ibu PKK dan PKH.
Kopi biji salak bukan hanya dari segi rasa yang nikmat namun juga memiliki khasiat. Dari segi kandungannya, kopi biji salak memiliki anti oksidan yang bermanfaat bagi kesehatan untuk menangkal radikal bebas. Kopi ini juga cocok bagi anda yang memiliki riwayat penyakit asam lambung karena kandungannya yang rendah kaefin.
Cara membuat kopi biji salak itu sendiri cukup mudah. Prosesnya dimulai dengan pengumpulan biji salak pondoh dari KKN 46 UMM yang kemudian dipotong kecil-kecil seukuran kerikil.
Selanjutnya potongan biji salak tersebut dicuci dan dijemur di bawah sinar matahari. Umumnya biji salak tersebut akan kering sekitar 2-3 hari namun biji salak bisa kering dalam 1 hari apabila matahari sedang terik-teriknya.
Kemudian apabila biji salak sudah kering maka dilanjutkan dengan menyangrai biji kering tersebut menggunakan wajan tanah liat untuk mengeluarkan wangi dari biji salaknya sekaligus meratakan warna dari kopi biji salak tersebut.
Salah satu hal yang penting selama proses pembuatan kopi biji salak adalah proses penyangraian karena biji salak tersebut harus dipastikan sampai berwarna hitam gosong namun masih ada kecoklatan barulah bisa diangkat. Pastikan jangan sampai terlalu gosong.