Lihat ke Halaman Asli

Saat Mahameru Tak Rampung Kugapai

Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Cita-citamu adalah cita-citamu, cita-citaku adalah cita-citaku.... meskipun terkadang jalan kita bersisian, belum tentu tujuan kita satu, kawan"

Semeru… mungkin, bagi kebanyakan orang ini adalah satu dari beberapa gunung yang sangat ingin didaki. Gunung yang mulai terkenal sejak penanyangan film 5 CM dengan artis-artisnya yang kece tersebut seolah berhasil ‘meracuni’ anak-anak muda Indonesia untuk mendaki puncak tertinggi di pulau Jawa tersebut.

Sementara aku? Sama sekali tidak pernah terpikir akan menjejak gunung yang konon merupakan gunung bersemayamnya para dewa ini. Pasalnya, jujur saja, aku tidak begitu tertarik untuk mendakinya, kecuali untuk melihat permadani ungu yang indah dari tanaman bernama Verbena Brasiliansis di Oro-oro Ombo.

3 Minggu, mungkin adalah waktu yang agak mendadak untuk merencanakan sebuah pendakian, khususnya ke gunung-gunung tinggi di Indonesia. Susahnya mencari tiket saat High Season adalah salah satu akibatnya… kalau saja aku rencanakan dari jauh-jauh, tiket murah dari Jakarta sampai Malang mungkin dapat terbeli dengan mudah… Tapi apapun, pasti bisa jadi kisah tersendiri.

Waktu itu akhir bulan Desember, aku bertemu beberapa teman pendakian di Gambir yang rencananya akan naik mobil menuju Bandung terlebih dahulu. Karena kami semua kehabisan tiket Matarmaja yang super murah untuk Jakarta-Malang, kami memutuskan untuk menuju Bandung terlebih dahulu, lalu naik kereta Malabar menuju Malang. Sementara teman-teman naik mobil, aku sendiri memilih naik kereta menuju Bandung dengan Parahyangan, dan menunggu mereka disana.

Dengan rute Jakarta – Bandung – Malang yang memakan waktu hampir 2 hari, keesokan paginya, kami telah berada di Stasiun Malang Kota Baru tempat kami dan pendaki lain yang sudah datang terlebih dahulu, bertemu.

Dari Malang, kami naik angkot yang sudah di carter menuju Pasar Tumpang, tempat kami nanti naik Jeep menuju pos awal pendakian Semeru, desa Ranu Pani. Dalam perjalanan menuju Ranu Pani, Jeep yang membawa kami melewati jalur-jalur kecil jalanan pegunungan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang akan membuat kamu gak bakal bisa tidur karena takjub melihat keindahan dan hijaunya alam disana (bisa jadi juga karena pas musim hujan). Sebelum percabangan jalan Semeru dan Bromo, kami bisa melihat savana indah Bromo yang bagai permadani hijau raksasa yang menjulang indah sejauh mata memandang. Masya Allah…. Pantas sampai luar negeri pun Bromo sangat terkenal! Masukin ke wishlist kamu deh, harus!!

Sampai di Ranu Pani disambut dengan hujan lebat. Aku dan seorang teman kesana kemari mengurus simaksi sambil membawa payung dan keril… kuyup sebelum mendaki cuuuy, pemanasan nih…ahahaha.
Karena sudah terlalu sore, teman-teman dan guide kami memutuskan untuk bermalam dulu di desa Ranu Pani… sampai disini pun, aku masih belum terbayang pendakian seperti apa di Semeru ini… dan aku juga tidak melakukan re-check perlengkapan, satu hal yang kemudian nanti aku menyesalinya… :(

Dan pagi yang cerah (agak mendung sih sebenarnya…) menyambut kami untuk memulai pendakian, Semeru, bismillah!!
Tidak seperti di Rinjani, kali ini aku ingin menopang kerilku sendiri, mencoba kemampuanku sampai seberapa berat aku bisa membawa beban.


Pos 2 Semeru
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline