Lihat ke Halaman Asli

Berjalanlah ke Baduy!

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1400234263670356797

Butuh sekitar 1,5 jam perjalan dari Stasiun Rangkas Bitung sampai ke desa Ciboleger, pintu masuk menuju Baduy. Beragam warung mulai dari menjual makanan, cinderamata, hingga ikan segar berjejer di sepanjang jalan menuju pintu masuk menuju perkampungan suku Baduy. Banyak anak-anak menjajakan tongkat untuk perjalanan menuju desa Baduy Dalam. Saran saya, beli saja. Harganya hanya Rp 3.000 sebuah, bisa ditawar hingga Rp 6.000 untuk 3 buah.

Seorang pemandu dari suku Baduy Dalam memberi tahu bahwa untuk mencapai perkampungan Baduy Dalam yang terluar -maksudnya perkampungan Baduy Dalam tetapi belum sampai masuk hutan lebih jauh- kami harus berjalan kira-kira 12 KM. Bagi suku Baduy yang sudah terbiasa, perjalanan panjang itu hanya memakan waktu sekitar 1,5 jam jalan kaki, sementara untuk orang umum atau pengunjung, biasanya makan waktu minimal 3 jam, bahkan lebih!

Perjalanan untuk sampai di perkampungan Baduy Dalam tidaklah mudah, bersiaplah karena medan jalan tidaklah biasa. Batuan, tanah, tanjakan, turunan, sungai, pinggiran jurang, landai, jurang lagi. Sekitar 45 menit berjalan, perkampungan Baduy Luar di pinggir sungai yang jernih dengan hutan bambu yang rindang akan menyambut para pengunjung yang datang. Tetapi bukan itu tujuan kami, tujuan kami adalah sebuah perkampungan Baduy Dalam bernama Cibeo.

Kami melewati 3 jembatan yang tinggi menjulang diapit dua buah pohon besar dengan ikatan tali temali ijuk yang menyatukan satu bambu dengan bambu lainnya. Jembatan pertama di desa Baduy Luar, jembatan kedua adalah batas Baduy Luar dan Baduy Dalam, dari jembatan kedua itu, segala peralatan elekronik termasuk kamera tidak diperbolehkan. Lalu jembatan ketiga adalah pintu masuk desa Cibeo. Berdecak kami menengadah melihat kekokohan dan keanggunan jembatan-jembatan fenomenal tersebut.

Desa Cibeo terlihat di antara rindangnya pepohonan dimana mengalir sungai jernih yang dangkal seakan menyambut kami yang lelah. Kunang-kunang dan beberapa jamur yang bersinar dalam gelap menguapkan segala keletihan perjalanan kami yang hampir memakan waktu 5 jam itu. Bak petarung yang menang tetapi lelah, tubuh kami rebahkan di atas dipan di salah satu rumah panggung Baduy, kami terpejam dan malam pun hilang.

Berjalanlah ke Baduy, meski lelah, semua akan terbayar dengan pemandangan yang indah, sungai yang segar dan jernih, juga polosnya senyum dari wajah suku Baduy. Indonesia itu ramah kawan, sampai pelosoknya!

14002343251837788352




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline