Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang netral dan tidak terikat oleh faktor budaya, namun secara filosofis, bagaimanapun, matematika dimaksudkan agar berpartisipasi terhadap budaya serta perkembangan intelektual dan untuk mentransfer pengetahuan yang berguna untuk tujuan sekunder. Dengan kata lain, ternyata matematika dan budaya memiliki keterkaitan. Dalam matematika terdapat beberapa cabang ilmu, salah satunya adalah geometri. Menurut (Michael Hvidcen, 2012) geometri bermula dari tinjauan garis dan model geometris yang diaplikasikan pada piramida Mesir Kuno untuk merepresentasikan konsep abstrak, konsep direpresentasikan melalui konstruksi objek yang berbentuk geometris.
Bentuk budaya di Indonesia salah satunya adalah batik. Titik, garis, dan bidang merupakan bentuk geometris yang termuat dalam batik. Batik itu sendiri memiliki berbagai jenis dan motif bervariasi tergantung pada daerahnya, seperti halnya di provinsi Lampung memiliki batik khas yang disebut batik Lampung. Bentuk geometris pada batik Lampung terlihat hidup dan informatif. Hampir semua bentuk geometris dua dimensi dikembangkan hingga detail terkecil terkait ragam hias batik Lampung.
Dari gambar di atas terlihat bahwa pada batik Lampung itu terdapat konsep transformasi geometri yaitu pencerminan (refleksi). Refleksi bentuk geometris adalah pencerminan dari titik-titik struktur geometris di sekitar garis tertentu. Pencerminan pada batik Lampung yaitu direfleksikan pada sumbu . Penerapan refleksi dalam produksi batik Lampung sangat bermanfaat karena dengan menciptakan pola setengah-setengah saat dirangkai, dimungkinkan untuk menciptakan pola yang sempurna dan indah.
Daftar Pustaka
Hvidcen, M. (2012). Exploring Geometry. Gustavus Adolpus Collage.
Oleh: Gita Ananda Padila
Mahasiswa Pendidikan Matematika, UIN Sunan Gunung Djati
Kota Bandung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H