Evaluasi program seringkali didekati dari sudut pandang penelitian dan tidak jarang pula didekati dari sudut pandang ilmu pengelolaan. Penelitian pada umumnya menekankan evaluasi setalah program berlangsung (ex post facto) dan terpisah dari pengelolaan program.
Kebalikannya, pengelolaan menekankan evaluasi pada saat program berlangsung dan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan itu sendiri (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi).
Pada sisi lain, penelitian juga melaksanakan evaluasi sebelum program berlangsung yang seringkali dikenal dengan istilah studi kelayakan untuk proyek dan identifikasi kebutuhan dan sumber belajar untuk bidang pendidikan.
Begitu juga pengelolaan, ada kalanya melaksanakan evaluasi setelah program berlangsung untuk kepentingan pertanggungjawaban. Perbedaan kedua sudut pandang ini menjadi semakin tidak jelas pada waktu menentukan aspek apa dari program yang harus dievaluasi.
Sejarah perkembangan evaluasi program pendidikan formal dan nonformal tidak terlepas dari kedua pendekatan di atas. Dalam perjalanan yang cukup panjang lebih dari satu abad, evaluasi program telah berkembang begitu pesat sehingga sekarang tumbuh sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Madaus dkk. (1983) telah berupaya untuk mempelajari sejarah perkembangan evaluasi program pendidikan dan mengelompokkan menjadi enam masa perkembangan, yaitu : (1) masa pembaharuan, (2) masa efisiensi dan testing, (3) masa Tyler, (4) masa 'innocence', (5) masa ekspansi, dan (6) masa profesionalisasi. Dari masa pembaharuan sampai masa Tyler masih tergambar dengan jelas pendekatan mana yang dominan dalam pelaksanaan evaluasi program. Mulai masa innocence kedua pendekatan sudah mulai melebur yang akhirnya melahirkan pendekatan tersendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H