Lihat ke Halaman Asli

Ambil Gen Plasma Nutfah untuk Negara Sendiri?

Diperbarui: 25 Agustus 2018   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlu kita ketahui bahwa saat ini teknologi kultur jaringan sedang marak di Indonesia bahkan di dunia.Kultur jaringan sangat membantu dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Juga kultur jaringan ini dapat dengan cepat membantu menyediakan bibit pertanian. Namun, penerapan kultur jaringan di Indonesia sendiri masih sangat terbatas dan belum dapat tersebar luas di kalangan masyarakat. 

Kultur jaringan hanya merupakan salah satu sarana penelitian bagi para peneliti, baik dalam  perguruan tinggi maupun dalam lembaga penelitian. Hasil-hasil penelitian sudah banyak dihasilkan, namun hasil tersebut belum sampai kepada masyarakat luas dan belum dapat diterapkan dalam bentuk industri yang dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas.

Sebelum membicarakan lebih dalam tentang perkembangan teknologi kultur jaringan, perlu diketahui terlebih dahulu tentang kultur jaringan itu sendiri. 

Kultur jaringan yang biasa disebut tissue culture, weefsel cultuus, atau gewebe kultur memiliki arti kultur adalah budidaya, dan jaringan adalah sekelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Maka dari itu, Kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.

Terdapat pula berbagai teori dari para peneliti, antara lain: teori sel dalam mengindikasi totipotensi sel, perkecambahan simbiotik biji anggrek, kultur in vitro ujung akar dalam jangka yang pendek, kultur meristem menghasilkan tanaman bebas, dan masih banyak lagi teori kultur jringan yang dari tahun ke tahun memiliki perkembangan pemikiran.

Teknik kultur jaringan didasari oleh konsep totipotensi sel yang artinya total setiap sel dari tubuh multisel memiliki potensi memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Konsep totipotensi tersebut merupakan teori sel oleh Schwann (ahli anatomi hewan) dan Schleiden (ahli anatomi tumbuhan).

Teknik ini biasanya dilakukan dengan cara menumbuhkan bagian generatif atau vegetatif pohon induk. Bagian generatif yang digunakan bisa berupa ovule, embrio, atau biji. Sedangkan untuk bagian vegetatif, dapat berupa akar, daun, batang, atau yang lainnya. Penumbuhan bagian-bagian tersebut dilakukan di dalam  media buatan cair dan padat. Media cair yang terdiri dari zat nutrisi dan zat pengatur tumbuh untuk menumbuhkan PLB. 

Sementara itu, media padat yang terdiri dari campuran agar-agar, zat nutrisi, dan aquades yang digunakan untuk memperbanyak dan membesarkan PLB yang telah tumbuh menjadi bibit di dalam media cair. PLB sendiri merupakan singkatan dari Protocorn Like Body, yang merupakan jaringan yang akan berkembang menjadi tanaman baru.

Kultur jaringan biasanya dimanfaatkan dalam teknologi untukmengembangkan ilmu tumbuh-tumbuhan, perhutanan, dan hortikultura.Zat yang biasanya digunakan adalah zat pengatur tumbuh. 

Untuk media dalam kultur jaringan, kombinasi zat pengatur tumbuh disesuaikan dengan macam-macam eksplan yang digunakan. Misalnya, eksplan yang berasal dari jaringan meristem suatu tanaman tertentu seperti tanaman anggrek, tanaman Cerealea, tanaman tembakau atau tanaman lain dari embrio, serbuk sari, endosperm, kotiledon, dan lain-lain.

Kultur jaringan memiliki beberapa manfaat, antara lain:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline