Waduk Jatigede menjadi salah satu danau buatan terbesar di Indonesia. Waduk seluas 4.983 hektar ini berfungsi sebagai waduk, pengendali banjir, irigasi, dan pembangkit listrik, serta menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler di Jawa Barat. Waduk Jatigede dibuka pada tahun 2015 dan baru beroperasi penuh selama dua tahun setelah itu.
Namun belum banyak yang mengetahui bahwa Waduk Jatigede sebenarnya sudah direncanakan sejak masa pemerintahan Hindia Belanda saat itu, pemerintah Hindia Belanda berencana membangun tiga waduk di sepanjang Sungai Cimanuk, dengan Waduk Jatigede sebagai waduk terbesar dan terpenting. Namun rencana tersebut tidak bisa terealisasi karena adanya perlawanan dari warga Sumedang puluhan tahun kemudian, rencana pembangunan Waduk Jatigede kembali diumumkan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah merelokasi desa-desa yang berada di wilayah pembangunan waduk.
Setelah dilakukan sejumlah upaya antisipasi, keberadaan Waduk Jatigede kini banyak memberikan dampak positif. Bukan hanya warga Sumedang saja, juga Waduk Jatigede manfaatnya bagi sawah di Majalengka, Kuningan, Cirebon bahkan Provinsi Indramayu.
Pembangunan Waduk Jatigede merupakan strategi pemerintah mengatasi kekeringan musim kemarau dan banjir musim hujan khususnya di wilayah Pantura Jawa Barat (Kabupaten Majalengka, Cirebon dan Indramayu).
Waduk Jatigede diharapkan dapat menjadi penyedia standar pasokan bagi Kawasan Pertanian yang merupakan salah satu wilayah pasokan beras nasional dan kepentingan strategis lainnya seperti pembangkit listrik tenaga air, perikanan, dan pariwisata.
Di bidang pariwisata, Waduk Jatigede menawarkan keindahan alam.
Di lokasi ini wisatawan bisa menikmati pemandangan perbukitan dan daratan yang mencerminkan keindahan langit biru.
Selain itu, berbagai aktivitas juga tersedia bagi wisatawan, seperti memancing dan menjelajahi keindahan waduk dengan menggunakan perahu.
Dilengkapi dengan fasilitas lengkap, antara lain tempat ibadah, tempat istirahat (paviliun), restoran, dan beberapa spot foto.
Selain itu, dampak sosial dari pembangunan waduk ini terhadap masyarakat Jatigede antara lain belum terselesaikannya permasalahan kompensasi, belum siapnya pemukiman kembali, dan beralihnya masyarakat pertanian ke masyarakat nelayan. Termasuk belum siapnya masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial dan kerugian adat istiadat warisan budaya yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H