Lihat ke Halaman Asli

Giri Luka

Kadang merasa lelah, tapi harus tetap berjalan

Mari Menebak Tema Reuni 212

Diperbarui: 3 Desember 2018   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Massa Reuni 212 di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Minggu (2/12/2018). Foto: kompas.com

SEORANG teman menulis di kolom yang biasanya berisi pertanyaan "Apa yang Anda pikirkan?"  di media sosial: Tidur di masjid Istiqlal dan salat di monas sah saja. Namun jangan sampai spirit persatuan umat Islam ditunggangi kepentingan politik.

Hanya dia yang tahu apa maksudnya. Tapi, semua yang membaca kalimat itu boleh memiliki tafsir sendiri. Apakah berkaitan dengan aksi Reuni 212?

Mungkin, ya. Sangat mudah mengaitkannya. Dia menulis kalimat itu pada 2 Desember 2018, di tanggal dilaksanakannya Reuni 212 yang berlangsung di Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Dan, yang bereuni adalah umat Islam.

Semua orang pasti masih ingat ihwal kenapa pada akhirnya ada begitu banyak orang bereuni di Monas dalam dua tahun terakhir, setiap 2 Desember.

Tapi, tulisan ini tidak akan membahas itu, melainkan tentang dua kata "kepentingan politik" seperti yang ditulis seorang teman. Apakah Reuni 2012 ditunggangi kepentingan politik?

Barangkali ada yang membantah, tapi gerakan itu dari awal memang memiliki tujuan politik. Tak lagi ditunggangi. Toh, tak ada larangan Islam berpolitik, bukan?

Sebenarnya, pada satu kesempatan sebelum 2 Desember tahun ini, calon presiden dari pasangan nomor urut 02, Sandiaga Uno, meminta aksi Reuni 212 tidak menjadi event politik tetapi untuk mendoakan bangsa agar lebih baik. Sandi pun memilih tidak menghadiri acara itu dan malah terbang ke Yogyakarta untuk beberapa agenda.

Harapan Sandi tidak berbuah kenyataan. Isu politik tetap kental, apalagi acara dihadiri Prabowo Subianto, pasangannya. Bukan hanya Prabowo, beberapa tokoh yang datang juga sudah jelas berada di pihaknya. Sah saja. Maka semua terpampang secara gamblang, Reuni 212-2018 adalah satu di antara usaha memenangkan Prabowo di pertarungan nanti. 

Mengenai hal ini, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang salah. Bahkan dia sudah memberi label Reuni 212 itu lebih merupakan aksi bernuansa politik, bukan keagamaan.  Bahkan dia mempersilakan kalau kelompok sebelah melakukan hal serupa.

Apapun itu, Reuni 212 patut mendapat apresiasi. Apalagi pelaksanaannya berjalan lancar dan damai. Kalau tidak lancar dan damai, justru dipertanyakan. Bahkan, roda perekonomian juga berjalan lebih baik. Penumpang kereta lebih banyak, begitu juga dengan pesawat dan moda transportasi lainnya. Pedagang-pedagang juga meraup keuntungan lebih banyak karena ramainya pembeli.

Pertanyaannya kemudian, apakah Reuni 212 pada 2019 akan tetap seheboh dalam dua momen sebelumnya seandainya Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga menjadi pemenang Pemilihan Presiden 2019 pada 17 April nanti? Mungkin saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline