Sejak lama, medsos menjadi lahan subur mendulang kesan dan dukungan pemilih saat Pemilu. Dengan konten yang serba dimodifikasi menjadi yang terbaik, pencitraan mudah, cepat, dan real-time. Media sosial jelas mendatangkan banyak manfaat selain kampanye langsung di lapangan.
Namun bukan berarti medsos tidak ada tantangan. Tantangan terbesar capres adalah bagaimana membangun dan mempertahankan citra positif di mata publik via medsos. Selain membangun citra diri dengan branding konten, caption, sampai distribusi yang ciamik. Capres pun perlu selalu mengikuti trending atau riding the wave di medsos.
Hampir setiap hari kini, wajah capres muncul di trending atau FYP. Baik melalui buzzer atau influencer yang memang profesional dibayar. Semakin sering dan jenuhnya linimasa trending yang dihinggapi konten capres, menyulut satu pertanyaan. Apakah masih perlu saat ini capres ikut nebeng dalam trending?
Satu pertanyaan di atas pun memicu pertanyaan lain. Apakah publik terkesan dengan keberadaan capres di medsos? Apakah mereka percaya dengan apa yang ditampilkan oleh capres di medsos? Apakah mereka merasa dekat dengan capres melalui medsos? Walau hal ini bisa dikuantifikasi dengan survei, tapi ada beberapa insight yang terlihat.
Pertama, nebeng trending medsos tidak selalu relevan dengan isu strategis yang dihadapi oleh bangsa.
Medsos sudah sering menjadi tempat hoaks, rumor, atau manipulasi informasi mudah menyebar. Apalagi peperangan buzzer dan netizen seringkali ditunggangi konten Capres yang sekadar ikutan trending yang mungkin saja sesaat, dangkal, atau bahkan negatif.
Karena netizen perlu memeriksa kebenaran informasi melalui sumber yang terpercaya. Saat ini banyak netizen melakukan penelitian lebih lanjut. Mereka pun tidak sepenuhnya mengandalkan apa yang disampaikan melalui akun medsos. Daripada ikut trending tak relevan, capres harus mampu menunjukkan visi dan misi yang solutif dan berorientasi pada kepentingan nasional.
Masyarakat perlu melihat konten yang dibagikan oleh capres di medsos saat trending. Apakah konten tersebut informatif, inspiratif, atau hanya sekadar narsis? Apakah kontennya relevan dengan visi dan misi capres? Apakah konten dan narasi sang capres menanggapi isu-isu aktual yang menjadi perhatian publik?
Kedua, mengikuti trending medsos tidak selalu mengungkit popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas capres. Meskipun medsos menjadi salah satu indikator popularitas capres. Namun tidak semua netizen adalah pemilih potensial. Bisa jadi nilai engagemen, like, share, kebanyakan tidak organik atau semu dari buzzer.
Popularitas di medsos pun belum tentu berbanding lurus dengan akseptabilitas dan elektabilitas capres. Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi pilihan politik masyarakat.