Belajar dari Pemilu tahun 2019, banyak hal yang begitu menggelisahkan. Propaganda hitam di medsos begitu masif tercipta. Hoaks menjadi kulminasi sisi gelap Pemilu tahun 2019. Hoaks seorang publik figur yang berpura-pura dipersekusi masih jelas diingat. Lalu hoaks 7 kontainer surat suara tercoblos juga sangat meresahkan publik dulu.
Lanskap medsos menjadi kian signifikan untuk dijaga bersama. Selain medsos menjadi medium kampanye Capres. Medsos telah beralih menjadi medan perang. Bukan saja adu program tetapi adu kuat mendorong dan ikut trending. Tak lupa selalu mengawasi posting yang sekira mengancam eksistensi Capres yang didukungnya.
Lalu bagaimana lanskap kelindan informasi di medsos jelang dan saat Pemilu 2024? Banyak yang harap-harap cemas. Tapi sebaiknya banyak pula yang antisipatif dan optimis. Hal ini karena medsos akan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi dinamika politik dan demokrasi di Indonesia.
Medsos kini dieksploitasi benar untuk menjadi panggung kampanye strategis bagi peserta Pemilu. Melalui medsos, peserta Pemilu bisa menjangkau pemilih muda, seperti Gen Z, yang sangat aktif dan kritis di dunia maya. KPU dan Bawaslu pun memanfaatkan medsos untuk cerdas mensosialisasikan Pemilu dan tata caranya.
Sebab medsos memiliki kekuatan untuk menyebarkan informasi dengan real-time, cepat, luas, murah, dan micro-targeted. Kampanye politik pun dianggap bisa lebih efektif. Namun di sisi lain, medsos pun membuat publik rentan terpapar dan tersesatkan disinformasi dan ujaran kebencian. Belum lagi buzzer yang yang bisa merusak kualitas demokrasi.
Maraknya hoaks yang bisa menyesatkan pemilih dan memicu konflik sosial sungguh meresahkan. Hoaks yang berasal dari berbagai pihak, baik dari pendukung maupun oposisi. Mereka ingin mempengaruhi opini publik dengan cara tidak etis. Hoaks pun dapat merugikan reputasi dan kredibilitas Capres dan partai politik yang menjadi korban fitnah.
Selain hoaks politik, ada beberapa hal-hal negatif yang perlu diperhatikan dan diwaspadai oleh publik. Dalam konteks ini adalah lanskap di medsos. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Politisasi isu-isu sensitif seperti SARA di medsos. Isu-isu ini sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Dampak lain pun bisa menimbulkan konflik sosial yang berpotensi merusak stabilitas keamanan dan ketertiban.
Black campaign atau kampanye hitam buzzer dan simpatisan. Dengan penyebaran informasi negatif atau fitnahpihak ini ingin merusak citra lawan. Jelas praktik ini tidak hanya tidak etis, tetapi juga melanggar etika, nurani dan norma sosial. Praktik ini juga dapat menimbulkan permusuhan dan menyuburkan polarisasi medsos.
Cyber attack atau serangan siber. Praktik ini melibatkan penggunaan teknologi informasi untuk mengganggu, merusak, atau mencuri data penting yang berkaitan dengan Pemilu. Bisa juga pihak-pihak yang membocorkan DPT di medsos. Praktik ini tidak hanya mengancam keamanan nasional, tetapi juga mengancam integritas dan legitimasi pemilu.