Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Media Sosial yang Hilang Unsur Sosialnya

Diperbarui: 16 Maret 2023   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecanduan Medsos oleh cottonbro studio (pexels.com)

Dari frasa media sosial sendiri jelas, bisa dipahami ada unsur sosial terlibat. Medsos berarti medium untuk bersosialisasi. Kata 'sosial' yang berarti interaksi  membuat users berharap medsos membantu mereka berinteraksi dengan users lain. Namun, banyak juga alasan mengapa sosial media tidak terasa aspek sosialnya lagi.

Banyak users yang pada akhirnya hanya scroll atau refresh linimasa untuk sekadar melihat trending. Banyak platform medsos yang sudah berusaha menjadi TikTok. Di mana konten tiada habis akan terus tersaji. Walau users tidak memiliki follower atau mem-follow akun apapun, cukup lihat, like, dan scroll terus saja.

Jelas platform medsos tidak mau kehilangan user setianya. Kala banyak orang berpindah dan senang di TikTok, platform harus berbenah. Walau kadang menghilangkan karakter platform mereka sendiri. Ada 4 alasan lain yang juga melunturkan aspek sosial platform medsos.

Pertama, medsos terlalu banyak memberikan fitur pengalaman users

Fitur seperti penampilan dan setting profil. Fitur filter, privasi dalam berbagi foto dan video. Fitur berkomentar, dan keamanan profil. Bahkan pembatasan menonton konten pribadi dan users lain. Ini semua mengurangi dan mengabaikan interaksi karena ada banyak hal yang harus diperhatikan.

Sebelum berubah seperti saat ini, Twitter sebenarnya fiturnya cukup sederhana. Ada tab tempat akun yang di-follow dan Trending. Tapi dengan ada tab For You, memahami informasi kian rumit. Instagram yang 'mengadaptasi' fitur ala Snapchat dan TikTok malah mencueki fitur IG yang sederhana dan jelas karakternya, filter foto.

Kedua, medsos telah menciptakan jarak emosional tinggi antar users

Users yang tumplek blek berinteraksi sering merasa tak nyaman berbagi informasi pribadi mereka. Dengan maraknya aksi julid, review bomb, sampai doxxing user merasa tidak perlu membangun hubungan yang kuat. Hal ini menjadi lebih buruk saat tidak adanya interaksi tatap muka.

Banyak users anonim kebablasan memaknai kebebasan ekspresi. Dampaknya, apapun kontennya pasti ada saja yang jelek dan didebatkan netizen. Sehingga, users perlu waspada lebih saat memposting sesuatu di medsos. Bukan saja was-was komentar negatif, tapi konten dicuri atau disalahgunakan.

Ketiga, medsos telah menciptakan medan persaingan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline