Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Media Sosial dan Perihal Manusianya

Diperbarui: 3 Mei 2023   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Office oleh cocoandwifi (pixabay.com)

Media sosial sudah toxic.

Setidaknya itulah yang kini beberapa orang rasakan. Hampir setiap hari tagar atau trending atas foto, video, dan posting menjadi konsumsi. Bukan saja konten atau komentar kontroversial, bahkan yang dianggap biasa saja bisa dibenturkan. Debat kusir multiperspektif terjadi. Dari nyolot yang sifatnya whataboutism sampai ad hominem berkerumun mencari pembenaran.

Mungkin tidak salah kalau Microsoft menobatkan netizen Indonesia sebagai yang tak santun. Komentar 'tak berakhlak' semaunya disematkan di posting orang. Bagi yang belum 'kebal' bisa kena mental. Buat yang baper jadi undur diri atau dari media sosial. Banyak orang akhirnya memilih menjadi scroller linimasa saja.

Jahatnya Netizen

Salah seorang rekan pernah kena julid netizen. Sebuah foto yang nampaknya netral, bisa dicari celahnya untuk 'dibakar' untuk diviralkan. Kejadian di tahun 2014 itu masih membekas di hati dan pikirannya, sampai saat ini. 

Yang begitu mengenaskan dan tidak habis adalah kasus Boby Yoga di tahun 2013. Gegara gagal menggelar konser Lockstock 2, ramai-ramai netizen merundung medsos Boby dengan komentar kejam. Boby tidak kuat atas berbagai cemooh di medsosnya, sampai ia memutuskan melakukan bunuh diri.

Dislokasi eksistensi mendorong julidnya netizen. Sesama netizen tidak saling mengenal dan berdekatan secara spasial. Kemudahan interaksi dan berpartisipasi mendorong aksi positif dan negatif viral. 

Sayangnya laju konten negatif cenderung cepat dan tak terbendung karena interkoneksi berbasis dislokasi ini. Mencari bahan julid lebih mudah daripada konten konstruktif.

Anonimitas pun mendorong sisi negatif viral. Dibalik foto wajah glowing dari profile picture, tersamar kerapuhan kepribadian. Dibalik biografi mentereng bisa jadi ada pribadi murung dan traumatis. Netizen bisa menjadi citra dan sosok impiannya di media sosial. Dengan topeng digital ini juga, menjadi julid, jahat, dan berkebalikan 180 dari 'aslinya' bisa dilakukan. Karena mengapa tidak?

Baiknya Netizen  

Seperti sifatnya virus yang cepat menyebar, begitulah viralitas terjadi. Viralitas ditujukan baik untuk kebaikan, penghakiman, bahkan pembenaran. Netizen berperan krusial untuk viralitas di medsos. Netizen bisa menjadi lawan atau kawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline