Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Dua Pilar Ini Menopang Kekuatan Ekonomi Digital

Diperbarui: 23 Desember 2019   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Digital Economy oleh Daniel Friesenecker - Foto: pixabay.com

Tahukah Anda, Indonesia merupakan pasar terbesar e-commerce di Asia Tenggara. Laporan Deloitte di tahun 2016 telah memprediksi hal ini. Ekonomi Indonesia akan meraup 82 miliar USD atau 41% market share di ASEAN di tahun 2020. Dengan Thailand berada di posisi kedua dengan market share 19% saja.

Pemerintah Indonesia kini sudah merumuskan E-commerce Roadmap. Pemerintah pun akan menciptakan 1.000 technopreneurs baru pada tahun 2020 dengan valuasi bisnis  10 miliar USD atau sekitar 139 triliun IDR. Dengan lebih dari 11 juta orang tahun lalu berbelanja secara online tahun 2020.

Booming ekonomi digital saat ini banyak difokuskan pada customer dan competition. Dengan bisnis model ekonomi digital yang didukung oleh dua pilar utama, yaitu: industri kreatif dan sistem jasa logistik. 

Aktivitas digital yang tinggi di Indonesia menciptakan pasar niche barang dan jasa kreatif luas. Hal ini pun menciptakan persaingan baik pasar dan pengiriman logistik. Konsumen kini akan memprioritaskan sistem jasa logistik yang canggih dan ekspres.

Peran industri kreatif Indonesia cukup signifikan mendorong ekonomi makro. Di tahun 2015, industri kreatif menyumbang lebih dari 800 triliun IDR. Dengan serapan tenaga kerja mencapai 15 juta orang.

Ekosistem digital pun mendukung ekonomi digital. Dilihat dengan menjamurnya toko online baik via sosmed atau marketplace. Fenomena ini pun berdampak pada banyaknya toko ritel yang tutup. Orang kini lebih banyak berbelanja online daripada datang ke toko.

Pertumbuhan industri kreatif pesat yang didukung ekosistem digital dan perlogistikan baik terlihat dari Harbolnas. Saat Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memprediksi transaksi Harbolnas 2019 sekitar 8 triliun IDR. Faktanya, Harbolnas kemarin membukukan 9,1 triliun IDR.

Harbolnas tahun ini pun menggelembungkan jasa pengiriman barang 3 kali lipat. Jumlah ini lebih banyak dari Harbolnas tahun 2018 kemarin. Menurut Zaldy, Ketua ALI, pertumbuhan pasar logistik Indonesia tumbuh pesat sekitar 12%-13% per tahun. Angka ini jauh di atas  pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5%.

Guna menjawab tantangan pertumbuhan ekonomi digital. Dengan industri kreatif sebagai penopangnya. Diperlukan jasa pengiriman logistik yang tidak sekadar memadai. Namun juga tersebar di banyak daerah di Indonesia, ekspres dan canggih. 

Seperti kita ketahui, Indonesia memiliki banyak daerah di bentang berbagai pulau. Kecepatan dalam pengiriman paket pun menjadi prioritas utama baik produsen, supplier, dan konsumen.

Teknologi pun menjadi penunjang persebaran dan kecepatan pengiriman. Mengetahui posisi dan proses pengiriman barang real-time itu penting. Baik melalui aplikasi atau situs yang disediakan jasa logistik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline