Kompasianival ke 11 akan dihelat sebentar lagi. Sebagai ajang kopi darat terbesar blogger dari seluruh Indonesia. Menjadi bagiannya sudah menjadi kebanggan tersendiri. Apalagi saat menjadi nominasi. Bahkan menjadi Kompasianer of The Year (KOTY).
Saya tidak pernah menyangka akan menjadi KOTY tahun 2018. Saya hanya menjadi salah nomine Best in Specific Interest. Saat itu saya bersaing dengan Kompasianer yang hebat-hebat. Saya senang sekali saat tahu nama saya menjadi nomine. Dan admin pun meminta saya untuk hadir.
Walau sudah menjadi Kompasianer sejak 2013. Namun, baru 2018 saya diminta hadir. Saya mengenali wajah-wajah Kompasianer di helatan akbar tersebut. Dan takjub karena benar Kompasianival sebagai ajang blogger terbesar. Event-nya berada di mall mewah. Dan Kompasianer datang dari penjuru Indonesia.
Saya agak kikuk memperkenalkan diri saya. Namun selama setengah hari ajang ini berjalan. Saya terhanyut dalam kemeriahannya. Apalagi saat pengumuman pemenang dari beragam kategori.
Kompasianer yang saya kenal bagus dan ciamik tulisannya menang. Saya pun ragu kalau saya sebagai nomine tidak menang. Dan benar saja. Saya tidak menang dalam kategori Best in Specific Interest.
Saya pun ingin segera beranjak dari gelaran Kompasianival. Saat tetiba nama saya disebut sebagai KOTY. Saya merasa senang dan terharu. Namun di waktu yang sama juga merasa bingung. Mengapa harus saya?
Dan perasaan ini yang sebenarnya masih menggelayut selama hampir satu tahun. Saya merasakan tulisan saya cukup membingungkan. Bahkan terkesan teknis dan menggurui. Namun ternyata Kompasiana plus Kompasianer memilih saya menjadi KOTY.
Di satu sisi, saya juga diapresiasi. Jika tulisan yang saya buat kurang cukup informatif. Ingin selalu memberikan tulisan yang bisa lebih bermanfaat Tentunya akan lebih konsisten menulis.
Jujur. Saya kurang aktif selama 1 tahun ini. Selain karena kesibukan. Juga ada alasan teknis Kompasiana. Mulai dari bejubelnya iklan sampai daya loading laman Kompasian yang cukup lama. Saya pribadi menjadi faktor urung menulis di Kompasiana.
Walau tidak bisa dipungkiri. Blog besar macam Kompasiana membutuhkan iklan untuk menjalankan operasionalnya. Namun, saya fikir ada UX dan UI Kompasiana yang membuat tidak nyaman. Mungkin ke depan penempatan iklan dan widget dibarengi pertimbangan kemudahan UX dan UI.
Dan saya yakin, para admin Kompasiana yang hebat terus memajukan Kompasiana. Menjadi wadah terbesar blogger di Indonesia. Dengan lebih dari satu dasawarsa eksis dan bereputasi baik. Kemunduran Kompasiana bukanlah pilihan.