Poster menjadi karya seni visual tertua manusia. Sejak ditemukannya seni litografi pada tahun 1798. Poster dibuat cukup sulit, dengan kreativitas dan biaya yang cukup tinggi. Toulouse-Lautrec membuat poster Moulin Rogue yang ikonik dan memulai demam poster di tahun 1890-an.
Sejak saat itu, beragam poster dengan sentuhan artistik, hiburan, bahkan propaganda bermunculan. Pembuat poster terkenal awal abad ke-19 adalah Leonetto Cappiello dari Italia. Karena posternya berisi humor dan imaji produk, Cappiello pun dikenal sebagai bapak pemasaran pertama.
Di periode Perang Dunia ke-I, poster propaganda menjadi medium penting. Amerika Serikat telah membuat 20 juta lembar poster propaganda dengan sekitar 2,500 desain pada masa ini. Propaganda ini pun ditiru periode revolusi Bolsheviks Rusia untuk membuat Lenin berkuasa waktu itu.
Pada Perang Dunia ke-2 (1945-1965) poster propaganda tidak berpengaruh banyak mesti tetap ada. Baru pada tahun 1960-an, poster beraliran psychedelic menjamur di Amerika Serikat. Sedang poster May Day di Perancis meniru model propaganda di era Perang Dunia ke-I. Dan sejak 1980-an, komputer mendominasi baik untuk fungsi pemasaran maupun propaganda.
Poster menjadi media dengan pesan yang kuat, mudah diingat, dan artistik. Untuk menyampaikan pesan yang kuat dan berkesan. Pembuat poster diminta benar-benar paham isu atau masalah yang disampaikan. Begitupun dengan masalah pelik era digital saat ini, yaitu hoaks.
Beberapa poster hasil desain poster STOP Hoax Indonesia berisi pesan kuat bahaya hoaks. Ada 10 pemenang lomba desain poster yang telah dipilih. Poster-poster ini berisi pesan kuat dan penting untuk diketahui juga disebarkan. Berikut daftar pemenang beserta poster yang telah didesain:
Poster sebelah kiri merupakan juara Harapan 7 yang dibuat oleh Bayu Virgiawan asal Tanjung Enim, Sumsel. Pesan poster ini adalah tidak semua informasi kelihatan seperti aslinya. Sedang poster juara Harapan 6 (kanan) dibuat oleh M. Rosikhul Ilmi asal Sleman, DIY. Poster ini berisi pesan jangan mau kalah dengan hoaks.
Di sebelah kiri, ada poster juara Harapan 5 (kiri) dibuat oleh Edy Wahana asal Tangsel, Banten. Pesannya jelas, yaitu hoaks dapat meruntuhkan sendi kehidupan kita. Sedang poster juara Harapan 4 (kanan) dibuat oleh Rahmat Dilmawan asal Sulsel dengan pesan pahlawan anti hoaks dimulai dari diri sendiri.
Poster berjudul 'Menjadi Penolong Bukan Pembohong' karya Ridhanto H.S asal Sleman, DIY menjadi juara Harapan 3. Poster sebelah kanan juga berisi pesan kuat 'Hati-Hati Membagikan Informasi' karya Maximilanus Novaryanto asal Semarang, Jateng menyabet juara Harapan 2 di lomba poster ini.
Langkah mengenali hoaks dengan STOP dijabarkan dengan baik di poster karya Aditya Nugroho asal Jaksel ini. Dan poster ini patut mendapat juara Harapan 1. Sedang untuk poster sebelah kanan, pesannya jelas dan provokatif. Poster karya Seno Aditya asal Tangerang ini patut disematkan juara ke-3.
Sedang untuk juara ke 1 dan ke 2 adalah dua poster diatas. Sebelah kiri adalah poster karya Ginanjar Setyo H. asal Jaksel. Pesannya penting, yaitu hoaks menjadi efek domino bagi penyebarnya. Dan poster juara pertama (kanan) dengan caption 'Dipilah Dulu Jangan Asal Serbu' adalah karya Rian Ervina N asal Sleman, DIY.