Dengan tidak bermaksud mengecilkan makna firasat. Artikel ini saya buat semata ingin menelusur apakah berita tentang firasat layak diberitakan. Dan jika layak, apa yang mendasari hal ini.
Umumnya, pemberitaan sebuah tragedi didasarkan pada konsep 5W+1H. Lalu apakah firasat masuk ke dalam kategori itu What, When, Where, Who, Why dan/atau How?
Karena menyoal newsworthy maka kuantitas berita tentang firasat harus diketahui terlebih dahulu. Dan setelah saya search keywords "keluarga+korban+firasat" maka muncul 61.500 berita.
Walau berita yang ada bisa jadi beragam konten dan peristiwanya. Mulai dari yang populer/up-to-date yaitu tentang tragedi Lion Air JT-610. Sampai tragedi penyekapan 1 keluarga di Pulomas bulan Desember 2016. Walau masih banyak lagi beritanya dari rentang waktu yang panjang.
Sumber firasatnya pun beragam. Dari mulai pasangan, keluarga, sahabat, sampai teman dekat dijadikan sumber. Sumber medsos seperti postingan korban pun dianggap 'firasat' oleh beberapa media. Korban selamat juga dijadikan sumber berita tentang sebuah firasat sebuah tragedi.
Dari apa yang saya baca, firasat bisa jadi masuk ke dalam ranah human interest atau cerita persona. Dikutip dari mediacollege.com, cerita persona tidak termasuk ke dalam sifat newsworthy.
Human interest stories appeal to emotion. They aim to evoke responses such as amusement or sadness. Television news programs often place a humorous or quirky story at the end of the show to finish on a feel-good note. Newspapers often have a dedicated area for offbeat or interesting items.
'Cerita persona menggugah perasaan. Informasi ini membangkitkan respon seperti kegembiraan atau kesedihan. Televisi membuat program kadang menempatkan kisah lucu atau aneh untuk mengakhiri sebuah acara dengan baik. Koran pun kadang memiliki kolom yang eksentrik dan menarik untuk ditampilkan.'
Setidaknya firasat masuk ke dalam variabel cerita persona diatas. Pertama, firasat menggugah perasaan. Saat seseorang mendengar cerita tentang firasat suatu tragedi. Di dalam hati akan semakin penasaran. Dan saat penasaran tuntas, maka kesedihan yang muncul.
Firasat pun dirasa aneh sekaligus menakjubkan. Firasat atau kadang disebut prekognisi termasuk ke dalam ranah pseudo-sains. Sebuah studi di North Western University, menyimpulkan prekognisi adalah proses biologis manusia. Karena tubuh dan sistem saraf bekerja 'memprediksi' sesuatu.
Dan kedua dalam lingkup sosio-kultural, firasat mungkin masuk ke ranah metafisika. Firasat baru diketahui tafsirnya setelah suatu kejadian. Saat seseorang bermimpi/melihat kejadian aneh/abstrak. Ternyata kejadian tadi adalah rangkaian peristiwa menuju sebuah tragedi di masa depan.