Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Narasi Manusia-manusia Notifikasi

Diperbarui: 3 Oktober 2018   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pixabay/KristopherK)

Saya memperhatikan seorang rekan yang selalu sibuk dengan HP-nya. Baru berbicara sejenak, tangan serta fikiran kembali dialihkan ke HP-nya. Begitupun saat makan atau saat mengobrol dengan rekan yang lain.

Pendek sekali ekspansi perhatian seseorang. Notifikasi sosmed berwarna merah itu ternyata intimidatif. Phubbing pun menjadi mahfum yang dirayakan bersama.

Namun, bukankah kita jugalah yang menjadi notifikasi-notifikasi itu. Kita mungkin sudah menjadi manusia-manusia notifikasi.

Eksistensi digital manusia kontemporer menciut menjadi akun dengan profile picture di sosmed. Akun-akun ini hidup dalam sebuah platform sosial media. Lalu ekosistem sosial ini berkonvergensi di sesaknya interaksi linimasa digital.

Banyak orang yang mengikuti the bandwagon alias trending topic. Cukup meloncat mengikuti percakapan yang ada. Kalau butuh bantuan 'teman digital' lain cukup men-tag/me-mention.

Dinamika interaksi sosial pun menjadi ilusi kerumunan. Trending topic yang ada diikuti akun-akun palsu. Akun provokatif dan kadang sarkas menyulut emosi. Semua demi menjebak akun-akun asli untuk nyinyir.

Karena manusia didominasi perasaan semata. Karena berlogika butuh waktu dan tenaga. Percakapan ilusif dibalik akun-akun bodong pun menjadi simulacra atau realitas yang diada-adakan. Ia adalah kebenaran yang terkungkung perspektif bias.

Notifikasi pun diagungkan. Entah dalam rangka membalas posting atau sekadar like. Kita kadang begitu gembira. Ada sebuah kesan kita diakui. Kita diperhatikan. Dan bagi beberapa orang, merasa menjadi selebriti.

Karena keberanian manusia yang membuatnya terus merasa hidup. Maka membuka notifikasi. Membalas komentar umpatan atau caci-maki. Akan memberi adrenaline rush tersendiri. Merasa ditantang berarti merasa eksistensi seseorang menjadi penting.

Namun kadang notifikasi yang tak juga hadir. Kita telusuri dan difabrikasi agar notifikasi dunia digital itu hadir. Kadang menegur teman dengan canda. Kadang pula sekadar berkeluh rasa alias baperan di linimasa.

Kita tunggu 10-15 menit. Ada rasa menggelitik dalam hati. Kenapa tidak ada juga notifikasi dari mention teman di timeline? Kenapa curcol saya pun tidak ada yang merespon dengan like/sad/angry?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline